Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Futsal Pertama Bulan April, Inspirasi Kross

[Artikel 67#, kategori futsal] Menjadi kiper selalu penuh tantangan. Berjibaku, terjang sana-sini, dan lebih mudah terluka karena keseringan menjatuhkan badan. Namun, kenikmatan hakiki menjadi pemain tengah adalah yang tak tergantikan. Saya kembali, mencoba memanjakan para pendulang gol.

Beberapa bulan terakhir, posisi kiper selalu saya ambil. Bukan posisi yang sebenarnya, hanya saja ada gairah tersendiri saat berada di sana.

Hari ini, 1 April 2021. Langit Kota Semarang sangat bersahabat, meski tubuh sudah sedikit terkuras karena kegiatan liputan di hotel Chanti Semarang.

Entah kenapa, perasaan sedang tidak enak. Saya harap sistem imun saya bekerja lebih keras. Prediksi saya tubuh ini akan segera tumbang. Saya mulai sedikit pusing dan merasa demam. Benar-benar padat untuk beberapa hari terakhir ini.

Nikmatnya bermain

Kapan kali terakhir perasaan saya merasakan nikmat bermain futsal? Buanyak, tapi yang benar-benar nikmat saat awal bulan April. Saya tidak menyangka tingkat konsentrasi saya begitu tinggi. Umpan-umpan yang saya bagiin disantap habis oleh para pemburu gol.

Entah saat itu apa karena timnya yang mendukung atau saya saja yang selama ini terlalu berjuang di bawah mistar dan baru merasakan. Untunglah saya membuktikan di tim kedua setelah beristirahat dari tim pertama, maksudnya giliran bermain.

Perasaan itu masih ada meski dengan pemain yang berbeda. Saya seolah terinspirasi pemain tengah raksasa La Liga, Real Madrid.

Kross si pengumpan ulung

Bila tim pertama berisikan pemain depan yang punya kualitas, dikasih umpan yang tidak masuk akal pun tetap mencetak gol, di tim kedua yang berisikan materi pemain yang biasa, mereka pun dapat mencetak gol tanpa kesulitan.

Ya, Kross, pemain asal Jerman yang punya kualitas umpan terbaik yang saya pikir saat ini setelah era Xabi Alonso. Umpan yang tajam, terukur dan memudahkan pemain untuk mencetak gol adalah nilai yang diunggulkan dari Kross.

Saat itu, posisi tengah yang saya mainkan setelah berganti dari posisi kiper membuat saya memikirkannya (Kross). Tak banyak gocek, tak banyak lari seperti saat di sisi sayap, yang saya pikirkan bagaimana bola terus mengalir.

Dum.. dum.. dum.. kiper lawan yang beberapa kali bermain menjadi perhatian karena karakternya kuat sebagai posisi aslinya pun tak dapat berbuat banyak kali ini saat saya berada di tengah.

Meski sejatinya menjadi pengumpan dan distribusi bola, saya tak lupa mencetak gol. Tubuh saya bergerak sendiri dengan kesadaran tingkat tinggi. Blesss... gol dari kaki setelah menaklukkan kiper satu lawan satu. Tanpa ada kesulitan sama sekali.

...

Mengejutkan memang dibalik tubuh yang akan ambruk ini, saya malah bermain sangat baik. Kenikmatan bermain yang lama tak rasakan benar-benar menjadi perasaan bahagia. Saya harap tidak melupakan minggu berikutnya.

Ini yang saya mau. Sentuhan, passing, terobosan dan biarkan sorak tawa pemain terdengar nyaring ditelinga. Semua menikmatinya, semua merasakannya dan semua terkagum dibuatnya.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh