Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Pertama Kali Ke Hotel Chanti Semarang

[Artikel 8#, kategori hotel] Ketika pertama kali diajak untuk datang ke hotel, kepala saya mendadak punya gagasan bagus untuk ke sana. Yaitu dengan cara bersepeda, tapi di hari H, saya malah tidak melakukannya. Mendadak tubuh ada yang salah.

Akhirnya diundang juga ke hotel Chanti oleh orang yang sudah familiar sebelum bekerja di hotel Chanti. Bahkan sebelum bekerja di hotel sebelumnya pun, saya mengenalnya. Entah kenapa orang-orang yang menurut saya sudah nyaman bekerja di hotel, malah pindah-pindah.

Minimalis

Seperti perkiraan yang sering kali lewat depan hotel, bangunan yang menjulang tinggi ke atas hanya upaya memaksimalkan ruang yang ada. Hotel minimalis menurut saya. Suatu hari, semoga saja bisa menginap di sini.

Awal bulan selalu memberi harapan, saya harap kedatangan saya di awal bulan April ini bisa baik ke kedepannya.

Beberapa jam sebelumnya. Tubuh seolah terasa berat. Niat bersepeda dari rumah rasanya gagal deh. Apalagi harus di sana setelah salat Zuhur. Panas terik matahari juga sedang bagus-bagusnya.

Terpaksa, mengakalinya dengan naik Ojol ke sana. Apalagi sorenya saya harus pergi main futsal. Kondisi saya bakal lebih banyak terkuras bila dipaksain bersepeda.

Tak banyak melihat

Setelah turun dari Ojol, langkah saya bergerak menuju pintu masuk hotel yang saat itu terbuka. Melewati pos satpam, saya menyempatkan diri mengambil gambar bangunan.

Memasuki gedung, bagian kiri udah banyak mobil parkir dan sebelah kanan turun ke bawah, tempat parkir sepeda motor. Mungkin saya akan menaruh sepeda saya di sana, kata saya dalam hati.

Setelah dicek suhu tubuh, saya disapa oleh orang yang mengundang saya. Wah, kebetulan nih. Basa-basi yang mungkin sudah biasa banyak orang lakukan.

Kami naik menuju ruang makan, apakah itu juga bagian dari lobi? Entahlah. Saat datang bersama orang hotel, saya langsung menuju meja yang ada setelah lift ke buka. Sudah ada di depan beberapa meter.

Selama di hotel menunggu acara berlangsung, tidak banyak hal yang bisa saya lihat untuk dijadikan cerita. Saya benar-benar fokus pada obrolan-obrolan dan acara.

Sangat disayangkan memang ketika kesempatan datang, saya akhirnya memilih pulang setelah acara berakhir. Maklum mengejar jam futsal.

...

Hotel Chanti berada di tengah kota, dekat dengan berbagai akses seperti Kota Lama maupun Pasar Johar hingga Mal Paragon.

Mungkin yang pertama tidak ada kesan mendalam selain warnanya yang identik dengan kuning keemasan. Suatu hari, semoga saja. Terima kasih buat undangannya.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh