Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Ada Media Buzzer di Film Indonesia?


Jarang-jarang nih melihat tim media buzzer disebutin dibagian akhir film (saat habis dan layar hitam). Mungkin saya saja yang jarang melihat hingga bagian akhir sebuah film, setidaknya saya jadi tahu sekarang betapa pentingnya posisi tersebut.


Istilah buzzer mungkin ada yang tidak tahu. Tenanglah, itu bukan sesuatu yang menakutkan. Malah menyenangkan karena hasilnya bisa berupa uang maupun benda-benda kenangan.

Saya beberapa kali pernah menjadi buzzer meski tidak begitu dikatakan itu wah. Setidaknya, saya pernah mencicipi. Buzzer secara singkat adalah orang-orang yang bermain media sosial dan dibayar untuk main-mainnya tersebut.

Soal dibayar, itu karena media sosial yang digunakan biasanya diikuti ribuan followers dan punya pengaruh sendiri terhadap pengikutnya. Sebut saja twitter yang masih disukai banyak orang.

Film Indonesia?

Mungkin film Single karya Raditya Dika tidak akan perlu menaruh tim media buzzer pada bagian akhir filmnya. Ya karena Dika sendiri adalah salah satu buzzer yang sangat berpengaruh bila menengok jumlah followersnya.

Postingan ini sendiri terinspirasi dari film 'Ketika Mas Gagah Pergi' yang kamis kemarin sudah saya tonton dan sudah juga direview. Baca DI SINI kalau mau.

Nah, film tersebutlah yang menaruh Media Buzzer diantara deretan nama jabatan dan kru yang biasanya ada pada bagian akhir film dengan layar hitamnya.

Perkembangan film Indonesia saat ini memang sedang bagus-bagusnya, terlepas beberapa film yang lain turun cepat. Entahlah, apakah mereka kurang buzzer untuk membantu mempromosikan film mereka?

Pengaruh buzzer

Tujuan akhir menggunakan jasa buzzer sebuah film adalah penonton yang ramai-ramai pergi ke bioskop. Sedangkan harapan dari sisi marketingnya adalah promosi biar orang-orang yang saat ini menggandrungi media sosial jadi tahu dan tertarik.

Jadi jangan heran ketika ada akun twitter yang ngomongin itu-itu mulu tiap hari dengan kalimat yang sama dalam konteks mempromosikan sesuatu. Mereka disebut buzzer. Dan penggeraknya tentu ada tim dari perusahaan atau siapapun itu.

...

Ada yang sempat terkecoh bahwa postingan ini kudet alias kurang update. Kalau ada syukur deh, terima kasih sudah membaca.

Tenang, bukan soal cerita buzzernya yang ingin saya kupas. Tapi tentang film-film Indonesia yang sekarang sudah memasukkan tim buzzer diantara nama-nama pemain, sutradara, bintang tamu, creative editor, penata cahaya dan sebagainya dibagian akhir setelah film usai.

Ya, menyenangkan juga rasanya ketika ini sudah ada. Main media sosial seolah tidak sia-sia bagi mereka yang serius untuk menampilkan jati dirinya sendiri dengan hal-hal positif dan berinteraksi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya