Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Ada Media Buzzer di Film Indonesia?


Jarang-jarang nih melihat tim media buzzer disebutin dibagian akhir film (saat habis dan layar hitam). Mungkin saya saja yang jarang melihat hingga bagian akhir sebuah film, setidaknya saya jadi tahu sekarang betapa pentingnya posisi tersebut.


Istilah buzzer mungkin ada yang tidak tahu. Tenanglah, itu bukan sesuatu yang menakutkan. Malah menyenangkan karena hasilnya bisa berupa uang maupun benda-benda kenangan.

Saya beberapa kali pernah menjadi buzzer meski tidak begitu dikatakan itu wah. Setidaknya, saya pernah mencicipi. Buzzer secara singkat adalah orang-orang yang bermain media sosial dan dibayar untuk main-mainnya tersebut.

Soal dibayar, itu karena media sosial yang digunakan biasanya diikuti ribuan followers dan punya pengaruh sendiri terhadap pengikutnya. Sebut saja twitter yang masih disukai banyak orang.

Film Indonesia?

Mungkin film Single karya Raditya Dika tidak akan perlu menaruh tim media buzzer pada bagian akhir filmnya. Ya karena Dika sendiri adalah salah satu buzzer yang sangat berpengaruh bila menengok jumlah followersnya.

Postingan ini sendiri terinspirasi dari film 'Ketika Mas Gagah Pergi' yang kamis kemarin sudah saya tonton dan sudah juga direview. Baca DI SINI kalau mau.

Nah, film tersebutlah yang menaruh Media Buzzer diantara deretan nama jabatan dan kru yang biasanya ada pada bagian akhir film dengan layar hitamnya.

Perkembangan film Indonesia saat ini memang sedang bagus-bagusnya, terlepas beberapa film yang lain turun cepat. Entahlah, apakah mereka kurang buzzer untuk membantu mempromosikan film mereka?

Pengaruh buzzer

Tujuan akhir menggunakan jasa buzzer sebuah film adalah penonton yang ramai-ramai pergi ke bioskop. Sedangkan harapan dari sisi marketingnya adalah promosi biar orang-orang yang saat ini menggandrungi media sosial jadi tahu dan tertarik.

Jadi jangan heran ketika ada akun twitter yang ngomongin itu-itu mulu tiap hari dengan kalimat yang sama dalam konteks mempromosikan sesuatu. Mereka disebut buzzer. Dan penggeraknya tentu ada tim dari perusahaan atau siapapun itu.

...

Ada yang sempat terkecoh bahwa postingan ini kudet alias kurang update. Kalau ada syukur deh, terima kasih sudah membaca.

Tenang, bukan soal cerita buzzernya yang ingin saya kupas. Tapi tentang film-film Indonesia yang sekarang sudah memasukkan tim buzzer diantara nama-nama pemain, sutradara, bintang tamu, creative editor, penata cahaya dan sebagainya dibagian akhir setelah film usai.

Ya, menyenangkan juga rasanya ketika ini sudah ada. Main media sosial seolah tidak sia-sia bagi mereka yang serius untuk menampilkan jati dirinya sendiri dengan hal-hal positif dan berinteraksi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh