Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Pria dengan Gaji 300 Ribu



Di era sekarang punya penghasilan 300 ribu bukanlah hal yang menyenangkan. Terlebih bila mengikuti gaya hidup, bukan sekedar bertahan hidup. Tahun ini, saya adalah salah satu orang yang hidup diantara nominal tersebut.


Zaman kuliah, saya membuat manajemen keuangan tidak lebih dari 5 ribu per- hari. Itu artinya, satu bulan dikalikan 5 ribu sama dengan 150 ribu rupiah. Hidup di Semarang waktu itu benar-benar mudah dengan uang segitu. 

Tahun 2016 sudah bergulir beberapa hari. Beberapa mimpi-mimpi saya sudah sampai tahun ini. Sayangnya, saya tidak dapat memiliki persiapan yang banyak. Banyak hal yang hilang saya biarkan pergi. Termasuk mengambil resiko bekerja dibalik layar di rumah sendiri.

Ini gaji saya

Memutuskan bekerja sendiri itu tidak menyenangkan. Apalagi mengambil resiko dengan mengatakan bahwa blogger sebagai sebuah profesi. Saya salut pada perempuan-perempuan yang mengambil resiko menjadikan blogger sebagai bagian rutinitas mereka. Bila memiliki suami, setidaknya tidak memikirkan lebih dalam. Bila orang tua single, harap-harap cemas juga.

Tahun 2016 saya juga melihat banyak blogger yang terobsesi dengan tambahan penghasilan. Mereka bekerja keras, berharap dan bersantai di akhir pekan. Tidak ada lagi postingan blog pribadi yang menceriakan kisah mereka sehari-hari. Sebagian besar sudah terisi dengan produk review atau pengalaman-pengalaman dengan brand. Saya sedih juga jadinya. Menjadikan blog sebagai profesi sebenarnya bukan begini.

Maksud saya, blog pribadi ya blog pribadi. Masa nama blog pribadi isinya konsumsi brand semua. Menurut saya seharusnya buat blog dengan nama lain yang bisa mewakili bahwa itu blog khusus. 

Ngomongin soal ini tidak ada habisnya. Setidaknya mereka punya penghasilan diatas rata-rata. Saya? Jangankan bermain SEO, ikutan produk review pun jarang. Maklum, produk review terkadang mengarah ke segmen wanita. Jadi tidak mungkin saya memberi pengalaman menggunakan eye shadow ... hahah.

Tahun 2016 saya punya gaji 300 ribu. Yang bayar? Tidak ada. Uang jajan dari keluarga? Sudah tidak ada lagi. Hampir 5 tahun saya menghidupi diri sendiri dan mendapatkan sedikit bayaran atas apa yang saya lakukan disini.

Gaji 300 ribu bukanlah penghasilan yang dimaksud dengan pendapatan. Namun lebih sebuah pengeluaran. Saya mentargetkan satu hari 10 ribu. Dikalikan 30 hari berarti saya punya pendapatan 300 ribu, meski habis jadinya.

Berhemat dan berhemat

Saya punya banyak pengeluaran selain memikirkan isi perut. Nonton tiap minggu yang menggunakan rupiah sendiri bila dihitung 1 bulan berarti saya menghabiskan 120 ribu (4x30 ribu). Belum lagi, kuota Internet dan pulsa sekitar 100 ribu. Totalnya saja sudah 220 ribu. Saya masih berhemat 80 ribu.

Kadang sedih juga ketika banyak film Indonesia yang bagus, keuangan saya menipis. Saya nonton tidak diendorse atau apalah. Makanya saya kesal ketika dibilang MAU DUKUNG FILM KOK MINTA DIBAYARIN! Lah, tiket itu bayar masuknya. Dan saya menulis review cuma-cuma, penghasilan saya pas-pasan. Ada aja yang sinis dengan istilah mendukung kok bayar. Kadang title itu tidak berguna ketika berpikir demikian.

Naik sepeda adalah salah satu alasan saya untuk menghemat pengeluaran. Sedangkan makan, saya sudah konsisten dengan sekali makan sehari beberapa tahun belakangan. Mie adalah makanan yang paling sering saya konsisten. Dan makan di warteg adalah makanan paling nikmat yang bisa saya ungkapkan.

Bonus

Tidak-tidak. Jangan meremehkan saya atau memberikan sudut pandang bahwa saya menyedihkan. Saya sudah melakukannya beberapa tahun belakangan. Ketika semua tidak pada mestinya, saya juga punya sesuatu yang disebut bonus.

Hingga saat ini saya bingung ketika mendapatkan gadget dari perusahaan telekomunikasi ada yang melihat saya terlalu wah. Padahal itu gratis dan tidak dapat diuangkan, kecuali dijual kembali. Beberapa iklan yang masuk di dotsemarang juga kadang hanya berupa voucher, mapun harga cuma-cuma. Bila ada yang berbayar, maka itu bonus.

Pernah lihat saya naik mobil? Itu berarti keadaannya sedang kepepet. Selain jaraknya jauh bila menggunakan sepeda, kadang juga karena ingin tepat waktu. Dan itu juga saat si pemilik mobil memperbolehkan dan bensin tersedia. Bila itu tidak, saya tidak akan dapat membawanya.

...

Kadang apa yang dilihat seolah itu yang terlihat. Tahun ini banyak mimpi saya yang segera harus saya jemput. Soal jodoh, entahlah apakah dengan ini bisa membuat wanita tertarik. Malah saya berharap punya pasangan yang lebih kaya dari saya. *efek keseringan nonton drama Korea dan film Bollywood.

Jangan mengasihi saya tahun ini. Saya sempat sebel juga melihat para penulis buku best seller yang malah terjun ke dunia blogging tanah air. Seolah lahan mata pencarian itu semakin sedikit. Dengan banyaknya koneksi dan terkenal, tentu mudah mendapatkan sesuatu. Tidak dengan yang mengaku sekedar ngeblog saja.

Kenapa ya Raditya Dika yang populer lewat ngeblog dulunya, kini semakin terkenal dan sekarang namanya menjadi salah satu tokoh muda yang menjadi incaran banyak brand tidak mau disebut blogger?

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh