Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...

Dari Profesional Blogger Menjadi Blogger Amatir



Dulu sangat berhasrat menjadi seorang blogger profesional. Pakai domain khusus yang berbayar, gunain seragam komunitas, kenal sana-sini bak selebriti untuk sekedar menyambung tali silaturahmi. Kini, ketika waktu terus berjalan saya kembali lagi dari awal, menjadi blogger amatiran.


Foto diatas diambil dari facebook Cak Wigi beberapa tahun silam saat menghadiri hari jadi blogger Jakarta, kalau tidak salah. Waktu itu adalah jaman dimana blogger pengguna blog detik sangat bangga dengan platformnya. Lihat saja cara berpakaian saya yang agak lebay.

Banyak kenangan yang melihat kejadian waktu itu. Bahkan adik saya yang pertama kalinya mengenal dunia blogging, turut hadir. Sayang konsistennya hanya bertahan beberapa tahun setelah mengenal indahnya bagaimana mendapatkan materi tanpa harus menulis blog.

Menikmati Menjadi Blogger Amatiran

Saya pernah membaca postingan blog dari luar tentang profesional blog awal tahun ini. Disebutkan di sana bahwa untuk naik kelas dari amatir menjadi profesional langkah awalnya adalah mengkustom domain gratisan menjadi berbayar.

Membaca itu tentu saya seperti kebakaran jenggot. Ternyata saya sudah kembali menjadi amatir. Padahal mimpinya ingin terus menjadikan blog sebagai profesi. Kabar tidak baik tentunya ini.

Saya tahu platform yang saya gunain semua gratis yaitu blogspot. Tapi fokus saya masih tidak berubah. Saya masih menulis blog terus. Mungkin saya turun kelas, tapi otak saya masih sekelas mereka yang profesional.

Tidak ada yang salah dengan menjadi blogger amatiran. Yang tahu saya juga pasti paham mengapa saya tidak menggunakan domain khusus. Saya tetap bertahan untuk sesuatu yang saya katakan. Entah sampai kapan? Mari menikmatinya saja sekarang.

...

Saya adalah orang yang benar-benar menaruh kepercayaan penuh kepada orang lain. Ini berita baiknya saat saya mengatakan profesional. Namun berita buruknya, karena ini juga saya sangat marah ketika kepercayaan yang saya berikan tidak sepenuhnya benar menurut saya.

Saya akan menjauh, diam dan duduk di depan laptop saja. Manusia, begitulah mereka.

Komentar

  1. Banyak wajah2 yang dikenal pada dokumentasi tersebut, hehehe... Btw, untuk saat ini saya merasa senang dengan seragam Blogger Borneo Network yang didesain dan dijahit sendiri. :-)

    BalasHapus
  2. jauuuh lebih enak menjadi blogger amatir, karena kita bisa jadi diri sendiri, tidak terperangkap rasa narsis dan kebanggaan tiada tara.

    :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe.. coba dulu dua-duanya, nanti baru bandingkan. Terjebak di zona nyaman kadang membuat kita tidak peduli dengan hal lainnya

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Akhirnya Mereka Mudik Juga

Perjalanan Pulang Pergi ke Hotel The Wujil Resort & Conventions