Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Waktu yang Kamu Buang


[Artikel 22#, kategori Causeway] Nanti kalau kamu baca ini, saya berharap kamu tidak menyesal dengan waktu yang semakin sedikit. Waktu itu menurut saya ibarat wanita bertangan besi. Mereka terus berjalan tanpa henti dan meninggalkan kamu tanpa perasaan sedikitpun. 

Ketika kamu menyia-nyiakannya, jangan harap kamu bisa memutarnya kembali seperti bayangan film - film yang selama ini kamu tonton.

Waktu mengajarkan kita lebih dewasa. Bagaimana ia membuat kamu belajar menghargai, konsisten, percaya dan bersenang - senang saat kamu bisa mengaturnya. Waktu juga membuat kita nyaman dengan janji - janji bertemu banyak orang. Gak kebayang, kalau di dunia ini waktu tiba - tiba berhenti. Apakah kamu masih bersikap tidak menghargainya.

Ketika pagi datang, saat sang waktu memberi kesempatan buat manusia bekerja dan berkarya, kamu malah pergi dari sisinya. Kamu masih egois dengannya. Kamu menganggap ia hanyalah bantal yang buatmu terlelap dan bangun saat semua sudah lelah.

Ketika malam tiba, waktu adalah pelayananmu. Ia memberikan kebebasan hidup yang selama ini kamu banggakan. Ia kamu suruh diam ditengah keheningan malam, menemanimu dan melayanimu. Mirip dengan wanita yang selalu tahu dirimu.

Sekarang, mungkin kamu tak melihat waktu mengeluh padamu. Marah atau membencimu. Namun kamu harus sadar bahwa waktu sama seperti wanita yang banyak meninggalkanmu. Bedanya, wanitamu masih punya perasaan. Sedangkan sang waktu terus berjalan tanpa perasaan.

Saya harap suatu hari kelak, kamu tak menyesal pada sang waktu.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh