Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Waktu yang Kamu Buang


[Artikel 22#, kategori Causeway] Nanti kalau kamu baca ini, saya berharap kamu tidak menyesal dengan waktu yang semakin sedikit. Waktu itu menurut saya ibarat wanita bertangan besi. Mereka terus berjalan tanpa henti dan meninggalkan kamu tanpa perasaan sedikitpun. 

Ketika kamu menyia-nyiakannya, jangan harap kamu bisa memutarnya kembali seperti bayangan film - film yang selama ini kamu tonton.

Waktu mengajarkan kita lebih dewasa. Bagaimana ia membuat kamu belajar menghargai, konsisten, percaya dan bersenang - senang saat kamu bisa mengaturnya. Waktu juga membuat kita nyaman dengan janji - janji bertemu banyak orang. Gak kebayang, kalau di dunia ini waktu tiba - tiba berhenti. Apakah kamu masih bersikap tidak menghargainya.

Ketika pagi datang, saat sang waktu memberi kesempatan buat manusia bekerja dan berkarya, kamu malah pergi dari sisinya. Kamu masih egois dengannya. Kamu menganggap ia hanyalah bantal yang buatmu terlelap dan bangun saat semua sudah lelah.

Ketika malam tiba, waktu adalah pelayananmu. Ia memberikan kebebasan hidup yang selama ini kamu banggakan. Ia kamu suruh diam ditengah keheningan malam, menemanimu dan melayanimu. Mirip dengan wanita yang selalu tahu dirimu.

Sekarang, mungkin kamu tak melihat waktu mengeluh padamu. Marah atau membencimu. Namun kamu harus sadar bahwa waktu sama seperti wanita yang banyak meninggalkanmu. Bedanya, wanitamu masih punya perasaan. Sedangkan sang waktu terus berjalan tanpa perasaan.

Saya harap suatu hari kelak, kamu tak menyesal pada sang waktu.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya