Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Berkunjung Ke Kantor Jawa Pos Radar Semarang


[Artikel 43#, kategori aktivitas] Selalu ada alasan terbaik untuk mendapatkan pengalaman berharga. Meski dekat dengan beberapa jurnalis di Semarang, kenal baik tiap ketemu acara, bertandang ke kantor mereka sangat jarang dilakukan. Padahal sebagai bloger, saya berharap mereka mau mengenalkan kepada kami, bloger Semarang. Lebih sekedar bermanfaat menyambung tali silaturahmi, namun bisa juga membangun sesuatu yang lebih dari sekedar jabat tangan.

26 april 2017, atau tepatnya hari rabu. Saya berkesempatan bertandang ke kantor Jawa Pos Radar Semarang. Kebenaran mereka sedang mengadakan acara yang berhubungan dengan bincang-bincang Kawasan Kota Lama menuju World Heritage 2020. Yang hadir adalah orang nomor 2 Semarang yaitu Wakil Walikota Semarang. Ini adalah pertemuan kedua saya bulan April dengan beliau setelah sebelumnya juga mengikuti acara yang kurang lebih sama di gedung Samudra - Kota lama.

Penasaran dengan kantor yang sering dilewati

Rasa senang tidak bisa saya tahan lagi meski tidak begitu keliatan dari luar saat tiba di kantor yang beralamat jalan. Jangan membayangkan kantor mereka ini seperti gedung tower Suara Merdeka atau kantor Google. Bisa masuk ke dalam saja baru saya rasakan saat sudah tiba dan berganti kaos yang saya kenakan.

Maklum, aktivitas bersepeda sudah jadi bagian pekerjaan yang rutin dijalankan. Jadi jangan heran meski kadang saya malu sendiri mengakui tiap bertemu orang-orang penting dan besar, saya berpakaian apa adanya. Terutama celana pendek di bawah lutut. Bukan celana panjang.

Kantor mereka yang bersebelahan dengan Allstay hotel Semarang selama ini hanya bisa saya lewati. Dan kemarin setelah duduk di dalam ruangan yang sepertinya digunakan buat meeting, mata saya tak berhenti berkeliling mengintai. Ohw..begini di dalamnya. Tak ada yang istimewa yang membuat hati saya deg-degan sebenarnya. Namun ini sudah lebih dari cukup.

Meja-meja tersusun dengan perangkat komputer layaknya imajinasi saya membayangkan kantor yang selama ini saya tonton di televisi. Beberapa pekerja sedang sibuk menyelesaikan tugasnya saat saya lewati, dan sebagian ada yang sibuk mengurusi konsumsi buat acara ini yang turut dihadiri perwakilan komunitas dan pegiat lainnya.

...

Beruntung memang saya waktu itu hadir di sana. Selain bisa melihat langsung gedung yang selalu saya lewati, meski tak semua ruangan bisa saya lihati, saya bisa bertemu dengan wartawan - wartawan yang sudah sering bertemu saat acara. 

Acara pun selesai setelah Mbak Ita, panggilan akrab Wakil Walikota Semarang ini memutuskan pergi karna sudah ada yang menunggu di tempat lain. Saya masih menyempatkan diri menyelesaikan acara hingga ditutup dan sempat berbincang-bincang dengan warga pemilik gedung (bahasa kiasan).

Setelah kaki saya mengayuh pedal sepeda dan pergi meninggalkan gedung, saya punya misi baru yang diluar rencana sebenarnya yaitu bertandang ke Louis Kienne Hotel yang berada di jalan Pandanaran. Di sana ada acara sebenarnya yang berhubungan dengan Kementrian, namun karna tidak ada undangan, saya tidak datang.

Untunglah perkenalan dengan pak Tendi Naim saat beliau turut hadir di kantor Radar Semarang membuat saya punya alasan untuk berkunjung ke hotel yang sangat megah tersebut. Ditambah obsesi saya untuk bisa menaruh sepeda saya di sana. Bisakah saya parkir sepeda lipat saya di sana seperti hotel-hotel lainnya? 

Tunggu postingan berikutnya.

Artikel terkait :

Komentar

  1. Mas, bantu bikin artikel terkait dong. Saya sudah coba berapa kali lewat google, kok gagal terus.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maksudnya gimana yah?

      Artikel terkait itu yang bagian akhir tulisanku ini yah?
      Itu buatnya kan manual aja

      Hapus
  2. iya mas. katanya harus edit HTML. aku sudah coba, tapi kok ngk bisa-bisa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. oh gitu.
      Kalau yang aku buat ini standar aja.

      kamu tulis, kasih link, trus kasih bullet.
      Manual intinya.

      coba aja

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh