Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Halo Mei 2017


Halo, apa kabar kamu sekarang? Seharusnya awal bulan membuat seseorang lebih semangat lagi menjalani hidupnya. Saya baik-baik saja hari ini. Semoga begitu juga kamu di sana. Tanpa sadar, saya membaca kisah kita yang seharusnya tidak saya ketahui lagi.

Saya minta maaf harus membuat namamu tenar di dunia maya, apalagi mesin pencari. Saya dulu masih bodoh sepertinya saat menceritakan kepada dunia tentang kisah kita. Apalagi harapan untuk hidup bersama hingga tua. Khas anak muda yang benar-benar merasa dunia hanya milik berdua.

Sudah beberapa tahun kita berpisah. Tak ada satu pun komunikasi yang kita jalin. Jangankan melihat dirimu di media sosial, melihat jejakmu saja sepertinya sangat sulit. Entah begitu besarkah dosa yang aku buat sehingga media sosial yang katanya penghubung banyak orang tidak kau jamah.

Pada akhirnya, aku menemukan dirimu di media sosial beberapa bulan lalu. Kamu sangat asyik ngetweet, sampai membuatku merasa menjadi pengecut. Jangan-jangan, jangan ganggu dirinya yang sudah bahagia, kata otakku yang sebenarnya ingin sekali menyapamu. Tapi aku takut, kau akan menghilang kembali.

Mei 2010

Namamu begitu indah saat itu aku tulis. Bahkan hingga sekarang sangat sulit menuliskan nama perempuan lain selain namamu. Kamu begitu istimewa sampai-sampai aku baru sadar menuliskan kisahmu ada beberapa bagian.

Saat membaca kisah cinta dari blog bulan mei 2010, saya tertawa. Tanpa sadar mata saya mulai berair saat berhenti pada sebuah paragraf yang kamu tulis lalu aku copas di sana. Itu sangat luar biasa.

Cinta memang sangat indah, dan bahkan hingga sekarang, cinta itu juga tetap indah. Aku percaya bahwa kamu sudah menemukan pria terbaikmu, dan aku selalu bangga denganmu.


Mei 2017

Tanpa sadar, tahun 2016 saya lalui sendirian. Saya masih terus berharap ada sesuatu yang luar biasa tentang seseorang. Nyatanya semua sama dan kebanyakan, dan itu membosankan.

Apakah ini berarti saya terlalu tinggi memberi tantangan kepada wanita? Entahlah, saya berharap ada yang seperti kamu. Yang berani, dan percaya diri.

Kini saya terus menanti, wanita gila mana yang bisa menemani saya sepertimu waktu itu. Karena kalau tidak gila, pasti si wanita mencari pria yang lebih baik dari sisi segalanya. 

...

Saya dan aku, tanpa sadar kata tersebut teraduk-aduk sendiri. Saya sendiri bingung saat tangan berbicara sendiri tanpa mendengarkan otak saya. Apakah ini bukti bahwa saya belum move on dari si dia.

Ini bukan soal move on atau tidak, namun saya punya kisah manis yang tidak pernah saya lupakan. Ibarat sebuah album foto yang diambil dari momen - moment bahagia, tentu tidak mudah dilupa.

Saya akan lebih berani untuk kembali bercerita tentang si dia. Saya tak berharap untuk kembali karna saya sadar siapa saya. Wanita hebat tentu bersanding dengan pria hebat. Dan saya sekarang, hanya sebagai pria pengagum saja.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh