Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Konsultan Blogger?


[Artikel 91#, kategori blogger] Mereka bertanya kepada saya tentang dunia bloger, khususnya Semarang. Seperti apa perkembangannya? Siapa saja mereka, dan bagaimana komunitas blogger Semarang yang saat ini sedang menarik untuk diketahui. Apakah ini sebuah ladang pekerjaan?

Saya harap demikian. Ada variasi lain dalam dunia yang saya percayai hingga sekarang yang selama ini identik dengan menulis. Entah itu kapan akan menghampiri saya, meski di luar sana sepertinya sudah biasa. Saya akan menyambutnya, tentunya.

Konsultan dibayar

Saya datang ke sebuah hotel, bertemu dengan orang pemasaran dan berbicara di sana tentang berbagai hal yang berhubungan dengan blogging. 

Saya juga pernah datang ke kantor sebuah mal yang ada di Semarang dan juga bertemu dengan orang pemasaran dan orang yang mengatur sebuah acara. 

Dan masih banyak lagi. Tentu saya tak bisa menyebutkan satu persatu karena juga keterbatasan ingatan dan contoh di atas baru-baru ini terjadi.

Mereka semacam butuh informasi dan solusi yang ingin dihubungkan dengan kampanye pemasaran mereka. Saya masih belum berpikir jauh bahwa itu akan menarik dibicarakan dalam postingan ini untuk jadi bahan dengan tema konsultan blog.

Pikiran saya masih sekedar membantu menerjemahkan maksud mereka dan mengarahkan apa yang ingin dicapai dari obrolan santai kami.

Saya sadar diri bahwa kapasitas saya belum mumpuni untuk menerima biaya dari pembicaraan yang terjadi. Maka segelas minuman atau makan siang adalah jawaban dari pikiran saya sekarang ini bahwa itu ternyata bayaran saya. Sangat murah, bukan.

Jadi, bila suatu hari saya kembali mendapatkan panggilan dari sebuah telpon atau pesan Whatsaap, saya harap dapat memikirkan biaya untuk apa yang mereka inginkan dari saya. 

Mendirikan agensi?

Membantu orang-orang pemasaran atau orang-orang yang berkepentingan sepertinya kapasitas saya bukan lagi bloger kemarin sore yang hanya berpikir menulis saja sudah cukup.

Banyak bloger sekarang yang beralih profesi meski diri mereka tak menanggalkan atribut mereka sebagai pemilik blog. 

Bloger menjadi buzzer, jangan harap melihat postingan di blog mereka akan update dalam satu minggu ke depan. Bloger jadi Youtuber, ada yang melakukannya bersamaan dengan jeda waktu tertentu. Dan bloger yang menjadi influencer, meski tak berpengaruh-ngaruh amat.

Saat saya masih fokus dalam dunia blog, saya diberikan sugesti tentang mendirikan agensi sendiri. Kemampuan saya seolah diakui meski saya pikir sudah melakukannnya dari dulu, hanya saja fokusnya berbeda.

Mendirikan agensi rasanya tidak mungkin. Saya terus mendorong orang lain agar terus berkembang, meski kenyataannya kembali gagal dari pikiran saya.

Saya ingin fokus pada satu bagian saja, yaitu ngeblog. Terlalu banyak bagian yang ingin saya lakukan, saya akan banyak membuang waktu dan pikiran. Entah, masa depan apakah itu akan saya lakukan juga? 

...

Menjadi konsultan bloger mungkin terdengar menarik. Membantu orang lain, memberikan solusi dan mengarahkan mereka pada sesuatu yang dianggap kekinian.

Namun itu tidak mudah. Apakah saya perlu linsensi sebagai sebuah kepercayaan? Apakah saya perlu lebih banyak pengalaman? Apakah portofolio saya sebagai bloger masih kurang?

Entahlah. Masa depan tidak bisa ditebak. Yang pasti, saya masih menyukai kota ini untuk terus berkembang dan melibatkan para bloger Semarang dalam kampanye pemasaran mereka. 

Melibatkan bloger itu artinya kota Semarang masih memiliki kekuatan dari sisi kehadiran bloger. Saya harap demikian.

Artikel terkait :

Komentar

  1. Influencer meski tidak berpengaruh amat, haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apakah itu kamu? Kamu bloger apa influencer

      Hapus
  2. Saya membuat Blog PRABU KALIANGET., dengan tema AGAMA dan SPIRITUAL Saya Belajar Blogging secara otodidak, jadi Blognya amatiran. Saya ingin Blog ini tampilan dll, lebih profesional. Artikel yang sudah diunggah lebih dari 250. Bisa bantu Dik. Di WA ke 081 7474 9944

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pagi Pak Putu Sedana,

      Terima kasih perhatiannya. Saya senang sekali Bapak berkunjung ke blog ini. Mohon maaf, untuk lebih profesional dan menarik, saya pun tidak terlalu memiliki pengetahuan sampai sana.

      Blog ini yang Bapak kunjungi hanya sebuah catatan pribadi, tidak lebih. Tampilannya pun masih standar. Menggunakan template dari blogger.

      Coba Pak cari orang-orang yang ahli seperti website maker, atau pembuat web. Biasanya itu lebih ahli. Sedangkan untuk blogging, hanya tentang menulis saja.

      Terima kasih

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun