Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Tidak Bisa Berubah

[Artikel 57#, kategori Cinta] Rasanya apa yang dilakukan, semua hal yang diceritakan dan betapa mewahnya diperlakukan, semua itu tidak berarti apa-apa kepadanya. Sifatnya yang selalu berubah-ubah dan banyaknya kebohongan yang sudah-sudah adalah dirinya yang seperti itu adanya. Simpan saja rasa khawatir itu dan biarlah berlalu.

Pagi ini saya belum melihat pesannya yang sudah pulang ke rumah. Dan benar tebakan saya, ia sedang nongkrong. Lingkungannya menjadi pelengkap atas alasan-alasan apa yang ia pikirkan tentang makna kesepian.

Sedangkan diri saya, bertarung dengan pikiran negatif. Apa yang ia lakukan? Bersama siapa di sana? Ingat, temannya banyak yang berlawan jenis. 

Apa dosa saya hingga harus memikirkan seseorang yang tak ada hubungan atau ikatan?

Tubuh saya masih lelah. Gerimis pun juga menemani dan berkata, sudahlah. Buat apa repot-repot memikirkannya ketika ia begitu baik-baik saja di dunianya dan happy-happy di sana.

Ingat, pernah ada seseorang yang juga tidak bisa berubah saat muda higga menginjak kepala tiga. Sekarang, ia bahagia. Tak terjadi apa-apa dan saya? Hanya tertinggal sebagai manusia yang mengurusin orang-orang seperti dia.

Saya berpikir sejenak. Menatap tulisan ini dan meneguk segelas kopi yang ada di samping. Cuekin saja dia. Biarkan dia, lepaskan saja dia. 

Jangan sampai, terjadi pengulangan-pengulangan yang terjadi dalam hidup saya. Kamu (berbicara pada diri sendiri) bukan dewa, atau Tuhan. Bukan orang tuanya dan juga bukan kekasih atau keluarganya. 

Mereka saja tidak pusing, lalu kenapa kamu yang malah jadi gila memikirkannya.

*Menghela nafas 

Kenapa ini terjadi pada saya.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun