Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Dibalik Layar Launching Zenfone 2 : Buru-buru Pulang


Senyum kebahagiaan itu masih ada hingga pagi tadi. Meski harus merelakan pertandingan Liga Champions antara Barca lawan PSG terlewati, toh wifi di kamar hotel masih nyambung. Mengupdate beberapa aplikasi dari mainan baru yang baru dimiliki. Tapi tunggu dulu, ceritanya belum berakhir.

Seharusnya pekerjaan bisa terlesaikan seperti biasa. Namun semenjak beberapa hari menghadiri undangan dari pihak ASUS, pekerjaan sedikit terabaikan. Maklum, blogger itu keren. Apa-apa dilakukan sendiri.

Waktu terus berjalan di hari terakhir kepulangan, rabu, 22 April 2015. Hingga pengumuman dari telpon seorang rekan satu kamar memecahkan konsentrasi yang sedang asyik mendownload aplikasi buat si baru ini.

Oke, semuanya berjalan sesuai rencana. Jam 6 pagi, saya dan rekan saya yang tadi mendapat telpon harus segera menuju bus, sudah ada didalam bus. Jadwal pesawat sendiri adalah jam 9. Mengingat ibukota yang sedang ada acara KAA, sugesti macet sepertinya menjadi alasan untuk bergerak cepat.

Dan duarrr... bus yang berangkat jam 6 lebih ini ternyata diperuntukkan buat perwakilan dari Sumatra - Medan. Mereka dijadwalkan jam 8 pesawat sudah terbang. Dan saya, tidak bisa melupakan kejadian konyol ini dan menuliskannya disini.

Alhasil, kami nunggu di bandara hingga 2 jam. Soalnya, bus yang membawa kami tiba jam 7 kurang. Bayangkan, itu pagi banget dan perwakilan Semarang yang lain juga belum datang.

Bila tidak buru-buru begini, seharusnya saya bisa agak santai dan menikmati sarapan pagi di hotel. Pelan-pelan asal selamat tentunya selalu menjadi sugesti untuk orang Indonesia.

...

Akhirnya, saya harus menulis ini setelah berada di rumah (Semarang). Cerita ini punya sisi menarik buat saya. Setidaknya, sekarang saya sudah menulis dan bahagia ditemani si dia.

Salam blogger


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh