Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Masalah Ngeblog : Kehilangan Momentum

Saya punya alasan tersendiri mengapa suka membawa tas ransel yang isinya laptop ketimbang tas slempang yang ringan yang berisi ponsel. Masalahnya, setelah ide ada dikepala buat ditulis, bila tidak segera, dijamin saya bakalan gak akan menulis. Alias kehilangan momentum buat posting. Ini masalah besar bagi blogger seperti saya.

Apakah ada yang pernah mengalami masalah seperti saya? Sebagian mungkin, ia. Kehilangan momentum menulis itu seperti penyakit yang kompleks. Malas, tidak bergairah, cuek dan juga depresi. Memikirkan tapi tak kunjung mendapat inspirasi.

Ini bukan sesekali saja menghampiri. Tiap kali menahan diri untuk tidak menuliskannya, meski hanya taruh di evernote, saya langsung terserang penyakit seperti diatas. Apalagi lebih dari 2 hari meninggalkan tulisan itu tersimpan di dokumen online.

Masalahnya bukan soal penyakit ketika menulis dengan segera. Tubuh lelah dan sudah waktunya masuk jam tidur seakan pertanda ide saya akan saya tulis esok hari. Bila ingat, bila tidak, wassalam.

Cara terbaik yang bisa saya lakukan adalah dengan segera menuliskannya meski dalam bentuk draft. Saya seringnya, menaruh di aplikasi catatan online seperti evernote atau note versi laptop.

Disana, hanya kerangka besar yang saya taruh. Untuk membuatnya lebih menarik, saya tetap butuh laptop untuk memikirkannya lebih baik.

Harus dipaksa, memang! Begitulah saya untuk tetap menjaga momentum agar tidak hilang. Bagaimana dengan Anda, punya solusi lain?

Salam blogger

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh