Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Masalah Ngeblog : Kehilangan Momentum

Saya punya alasan tersendiri mengapa suka membawa tas ransel yang isinya laptop ketimbang tas slempang yang ringan yang berisi ponsel. Masalahnya, setelah ide ada dikepala buat ditulis, bila tidak segera, dijamin saya bakalan gak akan menulis. Alias kehilangan momentum buat posting. Ini masalah besar bagi blogger seperti saya.

Apakah ada yang pernah mengalami masalah seperti saya? Sebagian mungkin, ia. Kehilangan momentum menulis itu seperti penyakit yang kompleks. Malas, tidak bergairah, cuek dan juga depresi. Memikirkan tapi tak kunjung mendapat inspirasi.

Ini bukan sesekali saja menghampiri. Tiap kali menahan diri untuk tidak menuliskannya, meski hanya taruh di evernote, saya langsung terserang penyakit seperti diatas. Apalagi lebih dari 2 hari meninggalkan tulisan itu tersimpan di dokumen online.

Masalahnya bukan soal penyakit ketika menulis dengan segera. Tubuh lelah dan sudah waktunya masuk jam tidur seakan pertanda ide saya akan saya tulis esok hari. Bila ingat, bila tidak, wassalam.

Cara terbaik yang bisa saya lakukan adalah dengan segera menuliskannya meski dalam bentuk draft. Saya seringnya, menaruh di aplikasi catatan online seperti evernote atau note versi laptop.

Disana, hanya kerangka besar yang saya taruh. Untuk membuatnya lebih menarik, saya tetap butuh laptop untuk memikirkannya lebih baik.

Harus dipaksa, memang! Begitulah saya untuk tetap menjaga momentum agar tidak hilang. Bagaimana dengan Anda, punya solusi lain?

Salam blogger

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun

Blog Personal Itu Tempat Curhat