Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

2 Hari yang Melelahkan Untuk Acara Dugderan


Menyenangkan memang saat mencintai apa yang dilakukan. Semangat 45 seolah mengalahkan irama tubuh yang mulai lelah. Ah, ini sudah biasa. Seharusnya sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Acara tahunan Semarang ini memang selalu menguras tenaga lebih banyak daripada biasanya.

Beberapa hari menjelang puasa, kota Semarang menggelar tradisi dugderan. Dilaksanakan selama 2 hari, tepatnya tanggal 15-16 Juni 2015. Untuk tanggal 15 Juni dilakukan di lapangan Simpang Lima. Sedangkan 16 Juni dimulai dari Balaikota dan berakhir di Masjid Agung Jawa Tengah.

Yang menarik dari tradisi tahun ini adalah keikutsertaan mobil hias yang sebenarnya sebagian besar adalah buat acara pawai produk unggulan pangan kota Semarang. Mobil-mobil ini terlihat meriah saat berada di lapangan Simpang Lima.

Sebagai blogger tentu acara seperti ini sangat menarik khususnya dotsemarang yang selalu menceritakan tentang kota Semarang ini. Meski selalu menarik, dibaliknya saya harus jujur ini cukup melelahkan.

Tanggal 15 Juni, mau tidak mau saya harus menghabiskan waktu lebih dari 3 jam hanya untuk melihat lebih dekat dan merekamnya proses acara. Tanggal 16 Juni, saya malah tak ingin tubuh ini benar-benar drop. Hanya berhasil mengabadikan acara yang ada di Balaikota. Sisanya terpaksa dilewati.

Intinya, alur yang harus diikuti untuk hari kedua masih sama. Jadi tidak ingin repot saja. Semua aktivitas lagian saya hanya menggunakan sepeda. Selain meminimalisir macet, naik sepeda itu menyenangkan dan menyehatkan.

...

Ribuan orang tumpah ruah selama 2 hari acara ini berlangsung. Berbagai lensa kamera, baik yang pro maupun dari smartphone berlomba mengabadikan setiap momen.

Semoga tradisi ini tetap lestari dan selalu menarik perhatian. Sebagai seorang blogger, mungkin hanya ini yang bisa disebut sumbangsih untuk peduli dengan kota.

Selamat berpuasa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh