Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Sukses Juga Naik Bis Trans Ke Bonbin Semarang



Ceritanya sederhana, saya mau datang ke sebuah acara yang sudah saya jadwalkan jauh-jauh hari. Masalahnya jadi ribet saat tahu alamatnya yang begitu jauh. Bisa dibilang diluar Semarang (wilayah sepeda saya hanya perkotaan). Dari situlah saya tak ingin menyerah begitu saja.


Kamis pagi (4/6), jam menunjukkan pukul 7 pagi lewat 30 menit. Posisi saya sudah berada di halte trans yang berada di jalan Majapahit. Tujuannya, seperti yang saya sebut diatas.

Lumayan lama nunggu bis trans datang. Sekitar 25 menit lebih. Semarang sudah panas aja cuacanya untuk membuat saya sangat gugup datang ke acara. Bisa telat nih.

Untungnya, kesabaran membuahkan hasil. Bis yang ditunggu datang juga. Suasana adem dari dalam bis cukup melegakan saya sambil membayar tiket bis sebesar 3.500 rupiah.

Ini adalah pengalaman pertama naik bis trans ke arah Mangkang. Kalau hanya Simpang Lima atau Pemuda, saya dah biasa. Tapi saya tak mau melanjutkan naik bis saat ini. Naik sepeda lebih menyenangkan tentunya.

Saya masih ragu-ragu untuk tidak bertanya tentang arah bis ini kepada petugas. Ternyata rute bus yang saya naiki memang arahnya menuju Mangkang. Ingat, bus besar berwarna abu-abu berlapis biru dan arah dari Penggaron memang memiliki rute wajib ke Mangkang. Benar-benar baru tahu.

Beda lagi dengan bis trans berwarna merah yang pasti tujuannya Kota Lama dan Banyumanik. Arah atas semua pokoknya. Tidak mengherankan bila naik trans hanya modal santai dan duduk tenang sampai tujuan.

Beberapa penumpang silih berganti turun. Dari mulai yang banyak hingga yang dikit semua seperti seleksi alam. *Mirip tujuan hidup mungkin, yah.

Oh iya, saya lupa kalau saya adalah jenis penumpang yang suka mabuk perjalanan. Entahlah kemarin itu tidak terasa sama sekali. Beruntung juga acara belum dimulai saat saya tiba.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun

Blog Personal Itu Tempat Curhat