Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Sukses Juga Naik Bis Trans Ke Bonbin Semarang



Ceritanya sederhana, saya mau datang ke sebuah acara yang sudah saya jadwalkan jauh-jauh hari. Masalahnya jadi ribet saat tahu alamatnya yang begitu jauh. Bisa dibilang diluar Semarang (wilayah sepeda saya hanya perkotaan). Dari situlah saya tak ingin menyerah begitu saja.


Kamis pagi (4/6), jam menunjukkan pukul 7 pagi lewat 30 menit. Posisi saya sudah berada di halte trans yang berada di jalan Majapahit. Tujuannya, seperti yang saya sebut diatas.

Lumayan lama nunggu bis trans datang. Sekitar 25 menit lebih. Semarang sudah panas aja cuacanya untuk membuat saya sangat gugup datang ke acara. Bisa telat nih.

Untungnya, kesabaran membuahkan hasil. Bis yang ditunggu datang juga. Suasana adem dari dalam bis cukup melegakan saya sambil membayar tiket bis sebesar 3.500 rupiah.

Ini adalah pengalaman pertama naik bis trans ke arah Mangkang. Kalau hanya Simpang Lima atau Pemuda, saya dah biasa. Tapi saya tak mau melanjutkan naik bis saat ini. Naik sepeda lebih menyenangkan tentunya.

Saya masih ragu-ragu untuk tidak bertanya tentang arah bis ini kepada petugas. Ternyata rute bus yang saya naiki memang arahnya menuju Mangkang. Ingat, bus besar berwarna abu-abu berlapis biru dan arah dari Penggaron memang memiliki rute wajib ke Mangkang. Benar-benar baru tahu.

Beda lagi dengan bis trans berwarna merah yang pasti tujuannya Kota Lama dan Banyumanik. Arah atas semua pokoknya. Tidak mengherankan bila naik trans hanya modal santai dan duduk tenang sampai tujuan.

Beberapa penumpang silih berganti turun. Dari mulai yang banyak hingga yang dikit semua seperti seleksi alam. *Mirip tujuan hidup mungkin, yah.

Oh iya, saya lupa kalau saya adalah jenis penumpang yang suka mabuk perjalanan. Entahlah kemarin itu tidak terasa sama sekali. Beruntung juga acara belum dimulai saat saya tiba.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh