Gambar ilustrasi : Google
Memiliki cukup kemampuan bercakap-cakap tentu menyenangkan. Apalagi Anda seorang sales atau marketing, secara tidak langsung Anda sudah berguna bagi perusahaan. Namun yang terjadi adalah bagaimana saat Anda kalah telak saat berbincang dengan seseorang dan bingung untuk membalasnya?
Saya merasakannya weekend ini dan itu buat saya down. sempat bingung untuk memberikan perlawanan namun pada akhirnya, orang tersebut yang menyudahi percakapan tersebut setelah kehabisan kata tiap kalimat akibat terlalu over. Hei, saya mengalahkannya tanpa berbuat apa-apa.
Sore itu saya bertemu dengan seseorang. Saya kenal hanya tiap kali acara dan tidak begitu akrab. Orangnya cukup kalem dan sopan namun setelah diajak bicara tentang sesuatu yang saya anggap benar, ia berhasil mengeluarkan argumennya cukup baik. Dan baru kali ini saya bertemu dengan orang seperti ini. Sepertinya punya pengalaman cukup jauh soal percakapan kami waktu itu.
Mengalah bukan mengaku kalah
Bedanya kalah dalam percakapan antara terdiam dan membiarkan lawan berbicara adalah terdiam berarti mengakhiri percakapan. Saya pergi meninggalkan orang tersebut dan beralasan dengan berbagai alasan untuk mengakhiri percakapan tersebut.
Sedangkan membiarkan lawan terus berbicara adalah mengeluarkan kemampuan si lawan yang terus bicara tanpa jeda karena keberhasilan kita memancingnya.
Ya, saya berhasil mengalahkan dengan cara elegan. Mengapa? Memancing orang untuk terus berbicara dalam sebuah percakapan itu terkadang tidak mudah. Orang akan bosan sendirinya dan bila kita lawan, orang tersebut cenderung bisa diam.
Akhirnya saya diam mendengarkan dan memberikan tatapan antusias lewat mata saya. Beberapa pertanyaan pancingan saya keluarkan terus menerus hingga akhirnya orang tersebut beralasan mau pergi karena ada urusan. Disitu kadang saya bahagia :D
Tipsnya
Lawan yang menarik memang bila bertemu kejadian seperti ini. Meski tema yang diangkat tentang A, argumen orang tersebut malah sudah A-Z. Dan memberikan fakta-fakta dimana menurutnya itu sudah benar.
Andainya begini, saya mau ke Pasar. Mengapa orang-orang tidak berhemat dengan naik bis trans. Lalu, orang ini berpendapat. Ya terserah orang-orang. Yang punya mobil karena punya mobil, ya naik mobil. Itu hak mereka. Dan yang punya motor ya naik motor.
Maksud saya adalah bagaimana menghemat sebuah perjalanan dan sealternatif mungkin. Yah, situasi begini yang membuat saya mati kutu kemarin. Maunya tanya solusi terbaik malah diberi fakta yang menurutnya itu benar.
Menghadapi lawan seperti ini tidak mudah. Bila dirasa sudah kalah argumen dan kehabisan kata-kata, lebih baik mendengarkan. Yah, harus ada yang mendengarkan memang. Strategi terbaik selain mendengarkan adalah menatap orang tersebut dengan penuh antusias dan sesekali lempar pertanyaan menjebak.
Biarkan orang tersebut terbakar layaknya kayu yang dikasih minyak. Dan pada akhirnya, kita tahu seperti apa karakter orang tersebut, sudut pandang hidupnya, visi misinya dan melihat sekitar. Banyak banget dapatnya. Terakhir, orang tersebut lelah dan beralasan pergi atau apalah..
...
Ini hanya sebuah pengalaman yang saya dapat. Tentu tidak semua kasusnya sama. Setidaknya nih, bila bertemu dengan lawan bicara yang seperti ciri-ciri diatas, strategi saya bisa dicoba.
Namanya juga pengalaman dan mungkin Anda memiliki cara lain yang lebih baik dari saya. Ingat, seni percakapan adalah mendengarkan dengan sebaik mungkin.
Salam blogger
Komentar
Posting Komentar