[Ini adalah artikel ke-41 kategori dotsemarang] Tahun 2013, dotsemarang punya kantor. Ya, meski cuma seukuran kamar kos, saya sangat bangga saat itu. Membayarnya patungan dengan Amar yang akhirnya menetap di Semarang kala itu.
Tiba-tiba saja saya berhenti di postingan saya yang terdahulu, Agustus 2013. Judulnya 'Tarif Sewa Kantor "Naik". Jadi postingan ini hanya remark atau diperbaharui saja seperti sebelumnya. Saya rasa itu adalah postingan yang ada di blogdetik. Saya ambil dan taruh di sini.
Setengah juta
Setahun dotsemarang memiliki kantor pada waktu itu. Lumayan harga sewa yang sebenarnya itu adalah kamar kos. Jadi jangan heran, kantor atau basecamp dotsemarang waktu itu sering dilewati pasutri atau anak muda yang tinggal disebelah. Kamarnya banyak sih.
Harga yang dibayar tiap bulan sekitar 550 ribu. Saya dan Amar patungan. Lagian itu kamar buat si Amar yang memutuskan tinggal di Semarang setelah datang dari Jakarta.
Saya pikir itu bisa dijadikan basecamp atau kantor dotsemarang. Soalnya kalau di rumah kumpulnya, saya nggak enak sama Difa dan keluarga. Rumahnya kecil soalnya.
Waktu berlalu dan tiba-tiba diberitahu bahwa kamar yang kita jadikan kantor itu naik mulai bulan depan. Dari 550 ribu menjadi 600 ribu. Saya masih berusaha untuk tetap lanjut.
Berbagai cara dilakukan, termasuk meminta sumbangan uang kas dari anggota. Hanya bertahan hitungan bulan karena mereka juga kesulitan untuk membayar.
Tambah parahnya lagi si Amar juga belum punya penghasilan. Mengharapkan dotsemarang dengan produk dan layanannya ternyata masih kurang optimal. Pikiran saya, dengan adanya kantor, pekerjaan lebih profesional. Apalagi ada banyak orang yang membantu alias bekerja.
Selain menjadi kantor dan menerapkan jam kerja, pagi sampai sore, kantor dotsemarang bisa dipinjem buat nginap. Mau dari teman-teman dotsemarang itu sendiri atau ada blogger tamu. Saya persilahkan.
Akhirnya menyerah
Perlahan, Amar malah tinggal di rumah. Saking bahagianya dia lupa dengan tujuan utamanya di Semarang yaitu membantu saya dan dotsemarang. Saya semakin kehilangan dia. Dia aja bingung dengan hidupnya, apalagi minta duit perbulan yang pada saat itu, ia mana ada pemasukan.
Dotsemarang apakah tidak berpenghasil? Saya banyak menemukan bakat-bakat alami yang coba diarahkan menjadi pekerjaan seperti marketing, media sosial manager, dan lainnya. Ternyata itu tak juga mampu membantu.
Saat itu tidak banyak job yang didapat dari dotsemarang. Ada pun cuma beberapa kali. Ditambah, yang lain berpikir dotsemarang bukan untuk profesional dengan adanya kantor. Mereka punya aktivitas masing-masing, sehingga saya kadang sendiri di kantor.
Harus maklum, membangun seperti itu dulu tidak mudah. Mungkin kalau sekarang bisa disebut startup, ya?? Pelajaran hidup pokoknya waktu itu.
Dan akhirnya saya mengangkut barang-barang saya kembali ke rumah. Bahkan membawanya nyicil-nyicil. Saya tidak melibatkan yang lain karena saya yakin, mereka juga sibuk.
Saya bilang sama ibu kos, bahwa saya tidak menempati untuk bulan depan. Saya mau keluar saja. Saya sudah tidak punya uang bila harus membayar seorang diri sebanyak 600 ribu sebulan. Pasrah, dan ibu kos mengerti.
...
Jadi cerita ini adalah versi panjang dari postingan sebelumnya yang Anda bisa lihat
di sini. Pelajaran berharganya waktu itu, meski harus hemat setiap hari makan telur dan nasi, bila sudah memiliki keterbatasan maka jangan dipaksa. Berat sendiri nantinya.
Kemampuan terkadang ada batasnya, saya juga harus sadar bahwa saya tidak memiliki penghasilan atau mendapatkan investor seperti startup sekarang, atau berasal dari keluarga kaya yang bisa membiayai yang saya bangun.
Semoga masa lalu menjadi masa depan yang membuat seseorang lebih baik.
Artikel terkait :
Komentar
Posting Komentar