Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Waktu yang Terasa Semakin Sedikit


[Ini adalah artikel ke-11 kategori pria 30 tahun] Entah, apakah ini perasaan saya saja atau memang sudah waktunya. Umur segini (30 tahun), selalu berpikir bahwa waktu semakin sedikit. Saat waktu terbuang, itu dapat mengacaukan aktivitas atau rencana lainnya.

Mungkin yang sedang atau sudah pernah kuliah manajemen sedikit beruntung karena mempelajari manajemen. Ini sangat penting dalam pengaturan kehidupan, terutama waktu.

Saat manajemen waktu berantakan, saya seperti dikejar-kejar. Tidak ada solusi saat waktu kita mainkan dan berleha-leha karenanya. Andai waktu bisa mundur, saya berpikir itu pasti menyenangkan. Pikiran yang kekanakan yang membayangkan film Doraemon setiap hari minggu.

Mengorbankan

Berapa banyak pengorbanan yang kita buat agar kehidupan kita tetap seimbang? Berapa banyak aktivitas yang terpaksa kita tinggalkan demi memperlancar aktivitas lainnya.

Ah.. berkorban seperti istilah dalam film saja. Namun begitulah. Daftar kegiatan yang kita rencanakan meski sudah matang, saat kita mengakali waktu, semua jadi berantakan. Mau tidak mau kita berkorban untuk menyelaraskan kembali. 

Mengendalikan

Tapi, pengorbanan tidak akan berarti tanpa adanya pengendalian. Saat kita berani mengambil resiko membiarkan salah satu aktivitas kita hilang, kita tidak boleh pasrah begitu saja dengan mengatakan 'besok masih ada'.

Mengendalikan berarti kita harus siap sedia kembali saat ini kembali terjadi. Menaruh ego frustasi dan kekecewaan ke dalam hati nurani dan mulai berpikir logika. Kalau hanya mengikuti ego, kita hanya dapat marah dan sedih.

Pengalaman

Bersyukur adalah pencapaian terbaik dari semua keteledoran yang sudah dilakukan. Ya, kita tetap gagal melawan waktu. Namun kita tetap mendapatkan sebuah pengalaman yang tidak dapat ditukar dengan uang sekali pun.

Pengalaman inilah yang membuat kita lebih menerima dan bertumbuh dewasa. Mungkin tidak hari ini kita bahagia, esok atau lusa, niscaya semua punya  maksud.

...

Saya setuju soal waktu adalah uang yang begitu berharga. Kehilangan 1 rupiah saja membuat seseorang bisa khilaf. Memang buat sebagian 1 rupiah tidak ada artinya. Bagi saya, itu sangat berarti.

Saat masih di bawah 25 tahun, waktu begitu tak berarti. Namun saat tulisan saya buat ini, waktu begitu mahal harganya. Maka sebelum Anda sampai seperti saya, tolong hargai waktu. 

Rahasia menghargai waktu adalah manajemen. Waktu bisa Anda perlakukan seperti binatang peliharaan, semisal kucing contohnya. Bisa jinak dan menurut, terkadang juga bisa pergi dan marah tanpa ada yang tahu.

Semangat pagi buat semuanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya