Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Hari Kedua di Acara Zenvolution Indonesia : Main Games


[Ini adalah artikel ke-21 kategori aktivitas] Sepertinya saya sudah tidak sanggup lagi menulis di bagian keduanya. Sama seperti yang saya alami di hari kedua, waktu itu benar-benar lelah. Aktivitas yang biasanya cuma bersepeda dan duduk manis di depan laptop langsung berubah drastis di sini.

Saya minta maaf untuk tidak menceritakan bagaimana suasana di sana lewat halaman ini. Hari kedua sudah saya tulis di blog dotsemarang, jadi saya kira itu sudah mewakili. Selain itu alasannya lebih karena feeling yang disimpan sudah hilang untuk dikumpulkan lagi.

Semoga Anda tidak kecewa bila tiba-tiba masuk halaman ini. Tapi saya tetap beri beberapa foto yang menarik untuk saya ceritakan suatu hari kelak. Hari kedua, silahkan baca di sini.






Artikel terkait :

    Komentar

    Postingan populer dari blog ini

    Pria Tidak Berdaya