Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Tantangan Liga Blogger Indonesia Musim Ke-5/2017


[Ini adalah artikel ke-32 kategori LBI] Tahun depan, saya terpaksa mengambil resiko yang cukup menggoyahkan iman saya. Liga Blogger Indonesia yang menginjak tahun kelimanya kini harus berbayar. Itu artinya tiap blogger yang menjadi peserta akan dikenakan biaya pendaftaran. Berikut alasan saya mengapa perlu ada biaya pendaftaran.

Gambar di atas adalah saya yang sedang berada di Bali kemarin. Sebenarnya saya menyelinapkan promosi atau istilahnya marketing selama acara di sana. Sayangnya, dari sekian blogger yang hadir tidak ada satu pun yang bertanya soal LBI. Mungkin saya salah strategi waktu itu.

LBI atau Liga Blogger Indonesia yang merupakan produk dari dotsemarang dan itu artinya karya saya yang masih saya kerjakan dengan tujuan memberi stimulan kepada blogger agar semangat tahun depan akan kembali (rencananya) digulirkan kembali.

Saya sangat optimis bahwa program ini masih diminati banyak blogger terutama mereka yang baru menyelami dunia perbloggeran tanah air atau mereka yang masih labil, mau posting hari ini atau tidak.

Tantangan LBI musim kelima

Seperti musim-musim sebelumnya, saya masih mengajak peserta LBI yang sebelumnya sudah ikutan dan berada diperingkat 10 besar untuk kembali mengikuti.

Hadirnya peserta dengan predikat 10 besar adalah untuk memberi tantangan kepada mereka yang baru ikutan. Ini calon kalian yang sudah berpengalaman, apakah kalian bisa mengalahkan mereka? Apalagi selama kompetisi, belum ada juara yang dua kali juara.

Namun sisi menariknya adalah, seorang blogger yang baru mengikuti pertama kali malah bisa juara. Beberapa prediksi, terutama mereka yang berpengalaman ternyata tidak dapat mempertahankan konsistensinya.

Lalu, sepeti apa tantangan yang dihadapi kompetisi musim depan ini :

Semakin banyak blogger profesional

Kategori blogger profesional menurut pendapat saya adalah mereka yang punya domain berbayar dan sudah ngeblog lebih dari 3 tahun. Jadi jangan heran jika mereka dibayar untuk melakukan aktivitasnya lewat blognya. *Jika ada blogger yang lebih dari 3 tahun tapi masih gratisan, saya pikir itu belum profesional mengingat di era sekarang, domain itu penting. Kalau mereka bertahan, itu hanya soal tujuan dan visi misi mereka bertahan saja.


Selama kompetisi LBI digulirkan, banyak blogger profesional yang pada ikutan. Saya sangat bangga bahwa misi sebenarnya dari LBI adalah mencari blogger yang baru belajar dan ingin  bertahan dari konsistensi, ternyata diapresiasi dengan kehadiran mereka.

Buat blogger baru, mereka adalah kiblat, guru, panutan dan sebuah kebanggaan tersendiri bisa menyapa mereka. Namun disatu sisi, mereka adalah lawan yang harus dikalahkan. Mengalahkan seorang blogger profesional adalah suatu kehormatan dan kebanggaan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Kita memang belajar bersama, tapi dalam kompetisi, tidak ada yang lebih berarti dari sebuah kemenangan.

Saya menyadari kompetisi yang sudah memasuki usia kelima ini tentu membuat pesertanya semakin profesional (mereka benar-benar teruji). Semua peserta yang kembali ikutan dalam LBI buat saya mereka adalah Blogger Profesional, karena sudah melewati 3 tahun ngeblog.

Sayangnya, ini kerugian buat LBI yang tiba-tiba meminta biaya pendaftaran kepada mereka. Saat level mereka menjadi profesional, mereka sudah dibayar dan terkadang menjadi endorse sebuah produk. Level yang selalu diinginkan banyak blogger yang baru merasa konsisten dan ingin mencoba jatah seperti mereka.

Mana ada blogger profesional yang mau mengikuti kompetisi yang meminta mereka membayar. Yang ada dalam pikiran mereka menurut saya, mereka seharusnya dibayar dan LBI harus bangga dengan kehadiran mereka.

Saya sempat goyah memikirkan ini, mungkin visi misi kita sudah berbeda. Apakah saya harus meliburkan kompetisi setahun atau meniadakan kompetisi selamanya. Seperti banyak komunitas yang mati suri karena keengganan bertahannya para inisiator yang membuat komunitas. 

Feedback yang kurang besar

Kompetisi LBI bukanlah lomba blog dimana Anda dituntut  menulis sekali dengan mengandalkan strategi SEO atau jumlah tulisan hingga 2 halaman Microsoft Word. LBI bukan begitu caranya,


LBI lebih menekankan POIN, dimana pesertanya harus menyelesaikan tiap tantangan yang diberikan. Dan juga mengalahkan lawan duel sesama peserta yang sudah diberikan kepada mereka. 

LBI berjalan dengan rentang waktu yang cukup panjang yaitu 3 bulan lebih dengan tantangan menulis tiap pekan maksimal 2 - 3 postingan. Peserta benar-benar dituntut seperti itu bila tidak ingin kehilangan poin.

Banyak blogger menyerah karna gilanya kompetisi berjalan seperti ini. Bahkan sekelas blogger profesional tidak sanggup bertahan. Saya menangkap alasan utama bahwa banyak blogger terhambat di kompetisi lebih karena feedback yang diterima kurang besar.

Memang harus dimaklumi, LBI yang tidak mengandalkan sponsor dan cuma DONASI, tidak bisa memberikan hadiah besar kepada pesertanya. Tiap tahun, juara yang bisa tersenyum bahagia yang begitu lelah melewati tantangan hanya mendapat hadiah di bawah 2 juta.

Lalu, lainnya? Tidak ada sama sekali. Namun untuk musim keempat, saya berusaha memberikan mereka kenang-kenangan berupa kaos dan sertifikat yang selama ini jarang LBI berikan.

Berharap punya TIM

Saya akui, musim kemarin saya mengerjakannya sendiri. Dilema memang, tapi berharap ada tim seperti sebelumnya itu tidak mudah. Terakhir saya mempercayakan kepada rekan saya, mbak Ismi.


Namun karena banyak kesulitan yang dihadapi mbak Ismi, terutama konsistensi dan masalah pribadi dirinya dengan lingkungannya, saya memutuskan pergi meninggalkannya. 

Kompetisi sudah berjalan, saya tidak mau terikut terombang - ambing dan membuat peserta musim lalu ikut menderita juga.

Ya, saya berharap punya tim musim depan. Karena ide LBI masih original ada pada saya, saya masih berpikir menseleksi yang terbaik semisal ada pun. Karena ini juga tidak mudah memberikan kepada mereka.

Alasan khusus mengapa dikenakan biaya pendaftaran

Musim lalu, saya kecolongan beberapa blogger yang semangat di awal namun menghilang ditengah perjalanan kompetisi. Ini sangat berdampak fatal buat kompetisi.


Peserta lawan duel seolah tidak bertanding sesuai prosedur. Peserta yang tidak mendapatkan lawan duel akan mendapat poin penuh. Sama seperti tim sepakbola yang lawannya mengundurkan diri dan diberi kemenangan WO (3-0).

Pada akhirnya, blogger yang tidak bertanding tadi diincar sama lawan duel lainnya yang menganggap ketika melawan si blogger ini, mereka tidak perlu kerja keras. Jika biasanya harus menulis 2-3 postingan, bila melawan blogger WO, mereka hanya butuh 1 posting. BURUK kalau begini terus, saya pikir! 

Dengan adanya biaya pendaftaran, bukan saja menekan si blogger untuk mengambil haknya mengikuti kompetisi, tapi melaksanakan kewajibannya dengan baik. Sudah bayar, rela dibuang-buang?

Selain memberi pengaruh kepada blogger, biaya pendaftaran juga mengurangi saya meminta-minta soal DONASI kepada pihak-pihak tertentu mengingat program seperti LBI tidak menarik dan aneh buat donatur. Nggak ada feedbacknya!

Saya sudah menghitung dari jumlah peserta yang biasa saya taruh di klasmen utama LBI. Ada 30 blogger dengan perhitungan total jumlah uang yang saya terima sekitar 3 juta.

Dengan total seperti itu bisa dibayangkan bahwa hadiah bisa diberikan hingga peringkat 2 dan 3. Untuk 10 besar, saya bisa berikan hadiah yang setara nilainya dengan biaya pendaftaran.

Buat saya sendiri tahun 2017, saya bakalan tidak menjual gadget saya seperti yang saya lakuin musim ini. Maaf untuk curhat colongan ini, tapi begitulah faktanya.

LBI hadir dari blogger dan untuk blogger

....

Sebenarnya saya paling malas menulis panjang namun untuk ini, Anda yang nyasar kesini harus maklum. Saya barusan minum kopi dan mendengarkan lagu yang menenangkan, hasilnya bisa dilihat begitu panjangnya tulisan saya yang tidak biasanya. *ingat, pengguna Internet bukanlah tipe yang menyukai tulisan panjang, kecuali postingan ini tentang novel.

Dari kesimpulan di atas bila disingkat, tantangan terbesar LBI musim depan adalah biaya pendaftaran yang baru kali ini dilakukan, mengingat musim-musim sebelumnya tidak pernah dilakukan.

Lalu, kematangan peserta LBI menjadi blogger profesional yang biasanya kini dibayar malah diminta bayar. Sangat sulit meyakinkan bahwa dengan berbayar itu baik buat semua. Yang saya temui, ada yang mau ikutan tapi nggak berbayar. 

Ngomongin hadiah, LBI tidak bisa diharapkan. Makanya calon peserta yang ingin saya masukkan sebenarnya adalah blogger yang mau konsisten dan menerima tantangan, termasuk blogger yang baru merambah dunia perbloggeran tanah air.

Mereka akan ditantang oleh peserta LBI musim lalu yang siap memberi perlawanan dengan pengalaman mereka yang lebih baik tentunya.

Saat Anda berpikir hadiah, saya terkadang berpikir bagaimana dengan rasa lelah dan koneksi Internet saya. Siapa yang bayar saya? Bila ada TIM, siapa juga yang mau bayarin mereka yang sudah meluangkan waktu mengurusi kompetisi. Memang ini persoalan saya, jadi tidak perlu dipikirkan.

Peserta hanya fokus pada kompetisi dan ikut meramaikan. Begini lho menariknya LBI, ada tantangannnya, bisa mengenal blogger di seluruh kota yang ada di Indonesia dan tentu pengalaman yang tidak terlupakan.

*Saya berharap semisal tahun depan memang kembali bisa digulirkan, ada blogger Semarang yang mengikuti kompetisi. Terkadang sebagai tuan rumah, saya harus bisa bangga dengan yang ada di kota asal sendiri.

Artikel terkait :

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh