Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Membatalkan Kerjasama Media Partner dari Luar Semarang


[Artikel 70#, kategori dotsemarang] Menjelang Oktober, saya sudah deal kerjasama dengan sebuah event kampus dari luar kota. Itu menyenangkan dan membanggakan kata hati kecil saya. Apalagi saat saya tanya dari mana tahu mengenai dotsemarang. Terima kasih atas rekomendasinya teman-teman di Semarang. Tapi maaf, saya akhirnya membatalkan kerjasama Oktober tersebut.

Sebagai bloger, saya akui branding dotsemarang sangat membanggakan. Ini tak lepas dari sejarah, nama ini lahir dan saya ucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman yang ikut melihat lahirnya dan membesarkan nama ini.

Email kerjasama datang pertengahan bulan September. Saya ingin tahu bagaimana kesungguhan mereka untuk melobi saya sebagai pemilik. Saya paham bagaimana kerja orang-orang yang menginginkan kerjasama, terutama proposal yang selalu sama.

Hampir sebagian besar, mereka yang menghubungi saya dari kampus adalah wanita. Sebenarnya mereka sudah berhasil menarik perhatian saya. Wanita dalam hal melobi dengan klien pria selalu lebih baik ketimbang pria.

Saat email dibuka, selalu menjadi awal kesalahan mereka. Meski saya tahu mereka benar saat membaca nama pemilik dotsemarang, Asmari. Saya selalu disebut ibu atau mbak. Hmm..langkah awal ini sudah salah dan pasti mempengaruhi minat saya.

Saya berguman dalam hati saat membaca kata ibu tersebut, apakah mereka tidak pernah mencari tahu dulu secara detail, siapa pemilik blog dotsemarang. Sepertinga memang nggak penting.

Kesalahan itu masih dimaklumi. Percakapan yang sebenarnya bisa lebih mudah dilakukan via Whatsaap di era sekarang, masih tidak dilakukan meski kontak saya ada di bagian bawah email. Mungkin orang baru yang bekerja dibidang melobi kerjasama seperti ini, pikir saya.

90% saya sudah siap merealisasikan kerjasama dengan penawaran yang seperti biasa, tukar logo dan promosi gratis. Entah, mengapa saya selalu menerima penawaran ini meski saya bingung bulan depan bagaimana mengisi akses Internet saya.

Dan rupanya, kesalahan itu kembali dilakukan. Saat saya menerima email yang berisi file penandatangan alias MOU, ada kata Ibu lagi. Duh, mungkin sebaiknya saya katakan dari awal bahwa saya pria saat menerima email tersebut. Tapi nggak seru kalau dia diberitahu.

Akhirnya saya membatalkan kerjasama tersebut yang tujuannya memang acaranya ada di Semarang (semacam roadshow). Saya minta maaf atas batalnya kerjasama ini.

Sepertinya saya harus berpikir ulang untuk mendesain dotsemarang dalam hal kerjasama media partner. Apalagi yang diminta akun media sosial, bukan blog dotsemarang-nya. Padahal menggunakan media sosial semacam Instagram, ini sudah masuk ranahnya selebgram atau buzzer.

Dimana harga tiap postingan sudah melebihi harga tulisan di blog dotsemarang. Untung sebenarnya bagi saya, tapi tetap buntung tiap kerjasama hanya diminta gratis (sekedar tukar logo).

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh