Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Halo Desember 2017


(Artikel 37#, kategori catatan)
..
Banyak konflik terjadi
Banyak hati yang terbagi
Dan banyak cerita yang akhirnya tidak jadi
Sebulan lagi, kita akan bersiap menyambut pagi di tahun baru lagi.

Selamat datang Desember. Akhirnya setelah perjalanan sangat panjang, kini sampai juga pada akhir tujuan. Saya harus bergegas dengan tujuan baru di tahun depan. Sebelum memikirkannya lebih jauh, saya akan menghabiskan waktu tersisa dengan beristirahat sejenak. Membuat tubuh kembali normal, menikmati udara dengan rasa malas mendera dan merenungkan tujuan apa saja yang sudah tercapai.

11 bulan perjalanan, saya harap tidak sia-sia. Semua dilakukan dengan rasa suka cita meski diselimuti duka. Desember tiba, permasalahan yang ingin saya kurangi adalah memanage perasaan. Perasaan saya tidak karuan, antara mencari pelabuhan dan rasa iri hati yang membuat saya bisa berubah seperti tokoh Hulk.

Bila hati yang memekarkan rasa kasih sayang bisa diatasi, tidak dengan rasa iri hati yang saya takuti. Bila ini terjadi, saya jadi ingat orang yang pernah punya perasaan seperti ini saat awal-awal saya tiba di Semarang. Saya merasakan betul bagaimana menjadi dia. Marah, benci, dan sakit. Namun saya tidak ingin menjadi kembarannya. Saya harus menghindari sifat tersebut.

Pekerjaan yang dibangun dari rasa suka masih berjalan lancar dan saya masih sangat bangga. Dan menutup tahun, saya semakin sibuk untuk ini. Saya harap bulan desember masih terus diberi kelimpahan, baik rejeki maupun kesehatan.

Soal asmara, sepertinya saya sudah mengkesampingkan perasaan tersebut. Sebenarnya saya ingin menulis cerita dengan lembaran baru. Namun sepertinya belum bergairah membukanya. Saya mencoba bertahan dengan prinsip bahwa wanita cantik dan baik, pasangannya kurang lebih sama, ganteng dan baik plus berlatar belakang juga sangat baik. Saya masih tidak berada diposisi tersebut.

Desember, sekali lagi saya ucapkan selamat datang. Terima kasih sudah menyambut di awal dengan hujan. Semoga hujan ini membawa berkah dan bukan bencana. 

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat