Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Setelah Sarjana Lalu Apa?


Adalah suatu kebanggaan bagi mereka yang berhasil sampai pada puncaknya sebagai mahasiswa menjadi sarjana. Saya pernah mendapatkan gelar tersebut setelah berhasil menyelesaikan studi D1. Setelah sarjana, lalu apa?

April 2018, sejarah pada hidup seseorang berhasil dicatat. Kebahagiaan yang tiada tara yang didapatkan kali ini berkali-kali lipat. Ini karena keluarga ikut merayakan dan mengabadikan momen tiap waktu yang berjalan saat penghormatan terakhir diberikan.

Saya pernah merasakan momen itu meski pada akhirnya tidak ada yang patut dibanggakan karena foto-foto yang diambil saat acara wisuda saya lupa menaruhnya di mana? Atau bahkan, kami tidak pernah berfoto waktu itu.

Tujuan hidup berikutnya

Saat kesempatan datang setelah menggenggam titel D1, saya memutuskan melanjutkan tujuan hidup di Ibu Kota Jawa Tengah. Tujuan yang akhirnya mengubah semua pola pikir tentang bagaimana cara manusia hidup untuk menjadi pria baik.

Begitu pula dengan takdir seseorang yang sudah memastikan jauh-jauh tujuan hidupnya. Kota mana berikutnya yang dituju dan apa yang dilakukan dengan kemampuannya?

Berat untuk mengatakan bahwa kami baik-baik saja dalam perjalanan mencari tujuan hidup baru. Untuk ukuran manusia yang dianggap baik, pasti mereka mengikuti pola seperti rantai makanan.

Lulus, kerja, menikah dan punya anak.

Saya tidak demikian. Bertahan pada pendirian dengan harapan menjadi mandiri tanpa bergantung orang lain. Namun tetap saja, semua yang sudah akan baik-baik saja, seiring waktu mereka (keluarga) masih mempengaruhi jalan yang sudah dibuat.

Semua memikirkan jalan hidup yang benar.

Sebuah pertanyaan yang menunggu jawaban

Bila saya sudah memutuskan tentang hidup saya yang bertahan pada passion untuk dijadikan profesi, kemudian menerangkan dengan setia ketika datang pertanyaan apa itu blogger, maka bagaimana dengan seseorang yang dianggap membanggakan satu keluarga dan orang banyak?

Saya masih menunggu jawaban dari pertanyaan tentang kemudian di masa depan dari apa yang sudah didapatkan sebagai mahasiswa, yakni Sarjana.

Apakah jawaban itu akan mengecewakan atau malah memberikan angin surga bahwa dalam perjalanan kesuksesan ada cerita dibalik itu semua? Saya harap ada di sana, meski bagianna kecil.

...

Ini bukan tentang apa yang kamu cari dari postingan yang saya publish ini. Bukan juga tentang jawaban kemudian setelah kamu berhasil mendapatkan gelar sarjana.

Ini tentang seseorang yang ingin saya rekam jejak kehidupannya agar kembali mengingatkan di masa depan bahwa ia pernah ditulis dalam sejarah dan berasal dari masa lalu.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun

I Will Never Let You Go, Drama China Kolosal Tentang Putri Pengemis dan Pangeran Bertopeng