Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...

Akhir Tahun 2024, Berat Badan 48 Kg

[Artikel 50#, kategori kesehatan] Karena banyak yang memberi pendapat tiap kali ketemu, akhirnya saya memutuskan untuk menimbang berat badan yang katanya dibilang kurus. Ya, kenyataannya memang begitu.

Kamu kok kurusan, kata rekan baik yang bermain futsal dengan saya maupun dengan sesama rekan bloger. Kata kurus semakin menghantui beberapa bulan belakangan. Ya, saya tidak menampiknya. 

Saya pikir itu terjadi semenjak keberuntungan saya hilang. Entah karena sedang diuji atau memang sedang berkebalikan saja dunianya. Saya ingat awal tahunnya bagaimana tubuh ini begitu sehat. Sekarang, saya menjalani kehidupan ala roda berputar.

48 Kg

Dulu saya mengeluh karena berat badan hampir 60 kg. Kesenangan yang didapatkan karena kehidupan masih normal rasanya sangat menyenangkan jika diingat. Apalagi jika pemilik rumah datang dan diajak keluar kota. Dipastikan akan makan enak terus. Ya, meski terkadang eneg juga.

Namun semua itu adalah cerita masa lalu dan sekarang, penurunan drastis terjadi. Di rumah sebenarnya ada timbangan, hanya saja saya tidak peduli. Namun keseringan dengar orang-orang berkata saya begitu kurus sampai dikira ngobat, akhirnya memutuskan menimbang berat badan juga. Hasilnya, 48 kg. Apakah itu kurus jika diukur dengan tinggi badan yang kurang dari 160 cm?

Saya bisa merasakan tulang-tulang di tubuh saya saat diraba. Ya, ini kurus. Bahkan, bentuk wajah saya bisa kelihatan juga. Saya tidak menyangka ujian kehidupan yang saya jalanin sudah sampai titik ini.

Akhir-akhir ini saya terus berhemat. Makan nasi dan tempe hampir setiap hari. Beli beras 1 kg, saya jadikan 1 minggu. Beli tempe seharga 7 ribu, saya jadikan seminggu. Rasanya ini adalah faktor makanan yang saya konsumsi.

Saya sadar bahwa semenjak keuangan sudah tidak disubsidi dan isi dapur yang tidak mengepul seperti dulu jadi salah satu faktor terbesar mengapa saya begitu kurus. Jadi, jangan berpikir saya melakukan hal negatif.

Perjalanan kehidupan saya sedang terbalik. Tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Apalagi di umur sekarang yang sudah seharusnya mandiri dan punya penghasilan sendiri. Sulit untuk bergantung kepada orang lain, bahkan keluarga sendiri yang punya banyak masalah sendiri juga.

Kini, yang perlu saya lakukan hanya perlu menjalaninnya dan sabar. Kelak, saya akan menulis bagaimana tubuh ini sudah kembali dengan sehat dan lebih baik. Yang terpenting, saya selalu sehat dan tidak sakit. Kurusnya badan tidak berdampak dengan hal buruk itu saja harapannya di tahun depan, tahun 2025.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh