Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...

Biaya Makan Hemat Seminggu di Kota Semarang

[Artikel 82#, kategori motivasi] Beberapa minggu lalu, saya melihat ada yang mengeluh di media sosial. Bisa bertahan berapa lama dengan uang 50 ribu di Kota Semarang? Jika itu saya, maka saya akan katakan bisa seminggu. Caranya?

Berbagai cara saya lakuin semenjak sudah tidak menerima bantuan atau kiriman dari pemilik rumah untuk sekedar uang makan. Tekad saya sekarang adalah bisa makan saja itu saja cukup. Lagian mungkin saya juga sudah bisa cari uang sendiri, mungkin itu pikirannya.

Entah bagaimana nilai gizinya, meski tiap ketemu rekan baik di lapangan futsal maupun liputan, mereka menayakan perihal tubuh saya yang makin kurus.

Gambar di atas adalah belanja andalan saya, selain jajanan karena jarang sekali jajan. Ada timun, tempe dan bumbu nasi goreng. Karena beras masih ada, beli minggu lalu sebanyak 2 kilo yang dapat bertahan 2 minggu, saya hanya beli menu pelengkapnya saja.

Timun harganya 7 ribuan. Nilai seratnya yang tinggi jadi alasan saya membelinya karena saya ingin nyaman saat pergi ke toilet. Karena jumlahnya banyak, saya bisa makan satu persatu tiap hari. Ya, meski itu masih kurang nilai gizi seratnya.

Sedangkan tempe yang ini harganya juga 7 ribu. Ada varian lain yang lebih murah, yaitu 5 ribu. Namun saya membelinya yang ini saja, 7 ribu. Sama seperti timun, saya membuatnya dapat dimakan selama seminggu. 

Timun saya potong tipis-tipis dan beruntung di rumah ada kulkas, sehingga semua bahan makanan dapat bertahan agak lama.

Terkahir, bumbu nasi goreng. Itu tidak digunakan seperti biasanya yang dicampur dengan nasi saat digoreng. Bumbu tersebut saya jadikan bumbu tabur di nasi yang sudah matang saat ingin dimakan.

Bumbu nasi goreng saya taburin ke nasi untuk menambah rasa saja karena tempe yang saya makan dibuat rebusan. Ya, saat masak nasi, tempenya saya masukkan juga ke penanak nasi.

Begitu saya menjalani hari-hari untuk bertahan hidup di Kota Semarang yang saya kagumi di tahun 2024. Saya tidak bisa menyalahkan siapa pun, bahkan mungkin keadaan. 

Kesalahan terbesar saya adalah miskin. Andai saja saya bergemilang harta, mungkin saya tidak akan menulis begini.

...

Saya tahu ini tidak bisa dihantam rata keadaannya, tiap individu berbeda. Namun saat kamu baca ini dan tengah gundah gulana makan apa besok, halaman ini bisa dijadikan salah satu referensi dan motivasi.

Temukan cara bagaimana seni bertahan hidupmu. Pesan saya, gunakan uang sisamu sehemat mungkin dan jauhkan dari pinjaman online. Apalagi tidak punya penghasilan tetap seperti saya. Mudah memakainya, sulit membayarnya.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh