Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Halo, Desember 2024

[Artikel 145#, kategori catatan] Tidak terasa sudah sampai last chapter atau bagian akhir dari tahun 2024. Saya ingin ucapkan terima kasih kepada diri saya sendiri yang mampu bertahan melewati berbagai rintangan. Kamu, kuat As!

Halo, Des. Begitu akrab ditelinga rasanya tapi itu bukan nama seorang wanita. Kita harus merayunya agar ia (bulan) mau memberikan hari terbaiknya buat kita semua.

Hujan menemani Kota Semarang

Jika bulan November identiknya dengan lagu November Rain dari Gun N' Roses apabila turun hujan, maka bagaimana dengan bulan Desember?

Entahlah, hanya saja kondisinya sama. Kota Semarang, mungkin kota-kota lainnya juga sedang rajin-rajinnya hujan membasahi.

Itu berkah jika intensitasnya normal, namun sebaliknya. Kota Semarang akan kembali ter-branding kota banjir. Tidak nyaman mendengarnya karena kebanyakan yang memposting bukan yang tinggal di Kota Semarang itu sendiri.

Biarlah, saya bukan bagian humas Pemkot. Tak perlu menyerang balik atau sibuk memberi sanggahan dengan informasi yang baik dan benar.

Bertahan dengan sisa

Meski saya tidak ikhlas kembali menjual Macbook, tapi pengorbanannya akan saya kenang selalu. Hasil penjualannya membuat saya dapat bernafas lega untuk beberapa waktu ke depan.

Awal bulan Desember, semua tagihan aman terkendali. Namun entah bagaimana dengan tahun 2025. Saya harap ada rejeki yang mengalir untuk membuat saya terus berproduktif.

Memang keadaannya sangat sulit, ditambah rejeki utama dari pemilik rumah sudah diputus. Saya memahami keadaannya, tapi tidak menyukai akibatnya.

Apalagi melihat kenyataan bahwa yang miskin tetap miskin. Sedangkan ketika yang kaya harus menjadi miskin, tetap saja berbeda. Saya mengikat pinggang, orang-orang mengacak-acak pinggangnya. Saya harap dapat bertahan dengan rejeki yang tersisa saat mengarungi tahun 2025. 

Polemik keluarga

Jika ada kondisi di mana saya bisa menjalani hidup seperti di komik-komik, saya akan senang sekali bila mengalami regresi. Saya bisa kembali ke masa lalu saya dan memperbaikinya satu demi satu.

Keluarga adalah tujuan utamanya seperti cerita dalam komik pada umumnya. Memperbaikinya sama saja membuat masa depan lebih bahagia.

Saya bingung dengan keluarga sendiri pasca pendukung terbaik saya meninggalkan kami (Ibu). Satu persatu datang dengan polemiknya masing-masing.

Saya yang merasa aman di kota lain, entah kenapa ikut terseret dan menanggung perbuatan yang tak pernah saya lakukan sama sekali. Dilema jadinya, dan saya membenci kata keluarga sekarang.

Yang punya masalah siapa, yang nanggung siapa. Semoga saja tahun depan, keadaannya jadi lebih baik. Terutama fondasi terakhir (Ayah) yang menanggung beban dari dosanya sendiri.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya