Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Ini Alat Tempur Saya Pada Saat Semarang Night Carnival 2015


Saya termasuk kategori blogger ribet dan jadoel. Lihat saja tas bawaan. Era dimana smartphone menjadi lebih memiliki kekuatan, seharusnya bawaan juga semakin dikit. Semisal tas slempang. Tunggu dulu, baca alasan saya dulu sebelum mencari pembenaran dibawah ini.

Minggu sore, 3 Mei 2015, di kota Lama. Gelaran Semarang Night Carnival kembali digelar dan tahun ini adalah tahun keempatnya mereka berjalan. Tema yang diusung adalah Semarak Semarang 2015. Banyak berbedanya kali ini dari tahun-tahun sebelumnya. Seperti pengambilan lokasi dan lainnya. Baca disini untuk melihat lebih banyak.

Beberapa kali gelaran ini berlangsung kerap ditemani cuaca yang kurang baik seperti hujan maupun gerimis. Belajar dari sana, saya memutuskan menggunakan peralatan seperti ini.

Ada tas ransel yang saya isi berbagai keperluan. Termasuk payung dan jas hujan. Oh iya, termasuk tongsis dan kamera digital. Ponsel yang saya bawa juga ada. Dua teman baru saya Zenfone 2 dan Liquid Jade menjadi alat yang paling sering digunakan.

Untuk sendal jepit, saya yakin medannya akan basah mengingat cuaca hari itu tidak bersahabat dari pagi hingga menjelang sore. Dan perkiraan itu betul.



Sedangkan kendaraan, saya masih percayakan dengan sepeda yang anti macet bila jalanan nantinya ditutup. Dan itu benar juga. Jam 5 sore, akses ke kantor pos (lokasi acara) Johar, resmi ditutup. Lalu lintas seketika macet.

Waktu terus berjalan dan posisi saya masih berjalan-jalan. sebelumnya saya bersama teman-teman EksploreSemarang, salah satu komunitas Instagram Semarang, yang janjian bertemu di depan gereja Blenduk. Setelah sampai acara, saya memutuskan berpisah untuk mengambil momen acara.

...

Untuk melihat review acara ini, Anda bisa melihatnya DISINI. Dan segini saja cerita saya untuk momen ini. Entahlah, apa yang orang lain pikirkan saat saya ada disana.

Yang jelas, saya sudah kalah kelas dengan wartawan dan komunitas fotographer buat acara ini. Maklum, saya selalu serba terbatas. Makanya pakai tongsis *LOL haha

Salam blogger


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh