Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Yang Mau Kerjasama Siapa? Yang Cari Tempat Siapa?



Ada-ada saja mahasiswa sekarang yang mau buat ngajak kerjasama dengan dotsemarang. Sudah pilih-pilih tempat, eh tetap aja nggak ada duitnya. Meski begitu, semangatnya perlu dipuji. Saya aja menyanggupinya untuk duduk didepan mereka.

Saya selalu senang dengan semangat anak muda. Mereka selalu punya semangat untuk peduli dengan sesuatu yang mereka rasa kurang diperhatikan. Mereka ingin membantu, mengenalkan dan melestarikan katanya.

Beberapa hari kemarin, saya bertemu dengan dua orang mahasiswa. Salah satunya mahasiswi. Yah, jangan ditanya mengapa saya bersemangat untuk ini.

Sudah bersemangat dan menyepakati tempat, eh berubah lagi lokasinya. Gagal sore itu saya bersepeda karena saya suka naik sepeda. Karena mahasiswi ini saya mengikuti kemauannya.

Hanya bersemangat

Jujur, saya sudah sangat skeptis dengan event-event yang berbau kampus. Mereka begitu getol melancarkan kata-kata berisikan motivasi tingkat tinggi. Semangat berapi-api dan rasa peduli yang tinggi.

Namun setelah itu, yang terjadi adalah setelah event mereka menghilang. Semangat itu redup seiring event selesai dan bila diteruskan, junior mereka seakan tidak memiliki semangat yang dibawa senior mereka.

Saya cukup banyak menemukan hal ini. Apalagi setelah lulus dan bekerja. Percaya deh, kerja itu membuat kamu sangat sibuk untuk mengurusi hal lain. Dan pola pikir bukan lagi seorang mahasiswa akan berubah.

Tentang visi

Lagi, saya berhadapan dengan orang yang bersemangat dan peduli tentang sesuatu. Namun saat ditanya tentang visi, mereka seperti gelabakan alias tak mengerti.

Jawaban yang diberikan adalah misi, tujuan, dan harapan. Sesuatu yang dapat dilakukan, bukan. Bukankah visi yang akan membawa pada tujuan utama dan memberikan misi step by step untuk menuntunnya. Gagal lagi deh mereka meyakinkan saya. Ditambah minta bantuan cuma-cuma. Percaya deh, ini hanya sebatas semangat diujung jari.

...

Saya senang bekerjasama dengan mereka yang mengatasnamakan kepedulian dan lebih baik. Tapi, kemampuan untuk negoisasi dan perlakuan terhadap pihak yang ingin diajak bekerjasama juga harus menjadi nilai lebih. Untungnya saya bukan bos besar. Kalau saya mengikuti mereka, percaya deh langsung ditolak.

Jangan hanya bersemangat untuk event, jaga terus dan perjuangkan cita-cita yang ingin dibangun. Event kampus terkadang dibuat untuk sebuah tugas akhir atau tugas dari dosen. Yang artinya, itu adalah kewajiban dan setelah selesai seperti terbebas dari belenggu yang namanya tugas.

Saya berharap ada feedback antara kita. Dotsemarang bukanlah lembaga yang dapat membayar orang-orangnya yang bekerja. Dotsemarang dibayar untuk pekerjaannya. Karena itulah harap maklum untuk ini.

**Sekedar mengisi kuota bulanan.

Salam blogger

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh