Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Teman SMP : Antara Cinta Monyet Atau Cinta Sejati

Gambar : Google

Hidup ini kok berbeda yah dengan FTV. Ketemu teman SMP yang disuka lewat jejaring sosial seolah menumbuhkan cinta yang dulu sempat bersemi. Apakah kisahnya kurang lebih sama dengan kisah di televisi?

Masyarakat Indonesia, tak terkecuali saya sendiri, pernah menonton kisah-kisah cinta melalui drama televisi atau FTV. Memang sih, perjuangan mendapatkan cinta selesai hanya 2 jam. Kenyataannya, tidak semudah kisah tersebut.

Wanita masa lalu

Hidup sekarang ini memang menyenangkan. Apalagi adanya jejaring sosial. Tidak susah menemukan seseorang semisal teman, sahabat, rekan maupun gebetan dari masa lalu.

Ditambah adanya kisah-kisah perjalanan yang diceritakan lewat berbagai aktivitas foto. Tambah manis saja, hati terdalam berkata sambil tangan menjelajah tiap barisan foto.

Ini wanita dari masa lalu. SMP rasanya. Sekarang benar-benar tambah menarik. Kira-kira, doi sudah punya pasangan nggak yah? Malah jangan-jangan sudah menikah. Mengingat umur sekarang banyak teman-teman sebaya khususnya wanita pasti sudah menikah dan memiliki anak dirumah.

Cinta monyet

Apa yang dipikirkan ini! Tidak-tidak. Dulu melihatnya dengan cara membuatnya merasa terganggu adalah hal terbaik yang dapat dilakukan untuk melihat kepribadiannya yang sesungguhnya.

Senyum kecut, marah dan tidak segan teriak seperti sebuah daya tarik yang berbeda untuk usia anak SMP dulunya. Setidaknya dalam bahasa pria dewasa sekarang, itu adalah cara membuatnya tertarik. Ya, meski dengan cara kurang menarik atau menjengkelkan.

Itu dulu, saat cinta monyet lebih berbicara ketimbang sekarang. Kebingunan perasaan ini kadang ingin diutarakan tapi takut nanti jadinya malah ditolak (biasanya) atau malah menghindar.

Hobinya yang suka traveling ke luar negeri dan pandai bahasa Inggris sebenarnya sudah masuk kriteria pasangan yang diidamkan seperti saya. Ah, buang perasaan ini. Dulu itu hanya sebuah cinta monyet. Mungkin :(

...

Gara-gara target, saya terkadang tersiksa untuk melihat siapa pendamping saya. Sudah cukup lama malam minggu tidak pernah keluar rumah. Alasan kesibukan dengan rutinitas merupakan rasa cinta yang sangat berlebihan.

Andai kamu tahu dan membaca ini, tentu aku tak perlu repot bercerita bagaimana perasaan ini saat ini. Kamu tahu dulunya kamu adalah wanita yang membuatku selalu bertengkar tentang sesuatu yang remeh temeh padahal itu adalah cara membuatmu tertarik.

Ah, waktu itu adalah hal terbaik melihat wajah bete mu menghampiri saat kamu ngambek dan marah. Terkadang senyum manismu membuatku malah gugup. Apa-apaan ini. Suka gangguin, eh saat melihatmu tersenyum aku jadi kikkuk. Ada-ada saja.

Suatu hari entah bagaimana kisah kita berdua. Yang pasti aku senang kamu mendapatkan kebahagiaan bersama pasangan yang kamu impikan dan sayangi. Aku, jangan ditanya. Pasti lebih baik dari hari ini saat aku menuliskannya tentang masa lalu kita.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh