Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Ketika Kamu Gagal Jadi Pria Lokal?


Orangnya cantik, saya beruntung mengenalnya meski hingga sekarang belum sama sekali bertemu. Satu kota, lho padahal. Sebagai laki-laki yang akan memasuki usia 30 tahun, saya memang sedang berusaha mendekati tapi kebanyakan punya banyak alasan sederhana untuk menolak. Termasuk kegagalan saya sebagai pria lokal (baca Indonesia). Ini ceritanya.


Hubungan kami tidaklah spesial-spesial amat. Hanya berteman dibalik jari jemari, itu saja titik. Maaf saya tegasin dulu, takutnya wanita lain dan mantan sudah jeles duluan dan saya diblack list dari mereka.

Suatu hari ia pernah bercerita dalam sebuah pesan yang saat ini disukai banyak orang (aplikasi chat). Ia berpacaran dengan pria di luar alias Eropa. Jelasnya bukan dari Indonesia. Mendengar hal tersebut seperti tamparan keras buat pria-pria Indonesia yang berada disekitarnya, termasuk saya.

Kami, eh saya tidak menarik? Pria-pria yang disekitar, teman kuliah, teman main, hingga tetangga apa kurang ganteng? Apakah kami dekil, atau kurang mempesonamu. Kami lebih baik dari pria bulemu, atau jangan-jangan kamu sudah memikirkan lebih jauh tentang masa depanmu. Keturunan bule selalu lebih unggul bila hadir di Indonesia.

Cintailah produk lokal

Hehe...terkekeh sendiri. Jadi ingat iklan yang mengatakan jargon seperti tadi. Sama seperti pria Indonesia, cintailah kami. Ternyata tidak mudah. Padahal menurut saya, mendekati kami saja sulitnya minta ampun, tapi saat dia mendekatimu, kamu seperti ikan klepek-klepek. Apakah itu namanya cinta? Hmm..

Jadi ceritnya teman saya ini. Ciee teman, kenal cuma karena alasan kerjasama doang sama dotsemarang, ngaku teman sekarang. Lupakan!

Jadi ceritanya doi adalah penari yang sangat mencintai aktivitasnya tersebut. Karena aktivitasnya, ia dan rombongannya pentas ke luar negeri. Dan disanalah cerita cinta bersemi. Apalagi doi juga jarang pacaran, ngakunya. Ia benar-benar jatuh cinta di sana.

Akhirnya doi jadian dan LDR dengan jarak ribuan kilometer. Tidak bisa dibayangkan bahwa LDR yang berbeda kota saja sudah sulit apalagi yang berbeda negara. Itu luar biasa!

...

Saat mengetahui doi punya pacar bule, sisi pria saya mengatakan pada diri saya, kamu gagal sebagai pria lokal. Dari segi fisik, kamu kalah sama sekali. Dari segi keturunan masa depan, kamu juga gagal. Tidak ada yang bisa kamu banggakan dari dirimu dihadapannya.

Rasanya sangat mengerikan mendengar kata hati yang berkata demikian. Mungkin ada sisi baiknya juga, mengapa pasangan sempurna tersebut hanya milik wanita. Apakah saya, tidak? Pria Indonesia lainnya, maksudnya. Mengapa tidak dibalik, wanita bule yang jadi pasangan kami. Kan ADIL, kalau begitu.

Haha..geli bacanya..

Hey kamu, kadang hubunganmu dengan pria bule membuat kami kalah kelas. Tapi kami belajar bahwa kamu tidak bisa menaklukkan pria lokal dimana kedua orang tuamu memiliki cerita cinta di negeri ini. Kami sadar dengan kekurangan, tapi toh kesempurnaan hanya ada saat dua orang bersatu. Saya doakan kalian tetap bersama dan bila lelah, kami coba pikirkan untuk membuka lowongan hati.


Komentar

  1. Aku pria Indonesia, tapi campuran Turki Minang, dah gak asli lagi :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha... wuih keren tuh. Ayo-ayo nih, sapa mau :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh