Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Pengalaman Menggunakan Periscope di Sebuah Event


Gara-gara sebuah kalimat yang terpublish di sebuah situs berita, saya jadi termotivasi sendiri. Masa sih, jaringan 4G hanya digunakan buat Fb saja. Duh payah nih, pikir saya. Mumpung kuota masih banyak, kenapa nggak gunain buat live streaming video Periscope saja.

Kamis siang, (19/11), jadwal yang seharusnya pergi ke bioskop malah dialihkan pergi ke Lawang Sewu yang sedang menggelar acara Festival Komik dan Animasi 2015. Hari ini merupakan hari kedua event ini berlangsung.

Cemas Kuota sebenarnya

Hal pertama yang dicemaskan untuk mencoba live streaming video adalah kuota internet. Kebenaran, kuota masih diatas 2 GB dan daripada cemas mulu, bagaimana praktek langsung di acara ini.

Menggunakan periscope di sebuah acara merupakan yang pertama kali buat saya. Maklum kendalanya banyak sekali buat bisa streaming video seperti kuota contohnya. Dan saya bersyukur ternyata setelah menggunakannya hingga 1 jam lebih, kuota 2 GB tidak habis. Mungkin cukup 1 GB saja buat streaming acara.

Kualitas video

Ponsel yang saya gunakan kali ini adalah Zenfone 2 dengan jaringan 4G meski di Semarang jaringan ini masih satu-satunya yang pegang yaitu Smartfren. Alasan menggunakan smartphone ini lebih ke soal kamera yang diharapkan kualitasnya yang mumpuni. Ya, 13 MP diharapkan mendapatkan kualitas terbaik.

Ternyata tidak berpengaruh banyak. Kualitas streaming video periscope rupanya benar-benar kebantai alias kurang bagus. Jaringannya sih lancar saja buat streaming tapi saat bergerak, kualitas hancur lebur.

Tips streaming menggunakan Periscope menurut saya adalah usahakan jangan banyak bergerak. Meski begitu audio yang dihasilkan cukup baik semisal buat acara talkshow, periscope unggul ketimbang live audio biasa.

Jangan lupa save to gallery

Saya benar-benar lupa menyimpan video yang saya streaming pada saat acara talkshow dengan tema 'media sosial dan komik'. Materinya bagus banget buat diposting. Sayangnya, lupa disave.

Nah, yang mau live streaming video jangan lupa disimpan. Caranya masuk ke pengaturan dan pilihannya ada yang paling bawah. Untuk hasil video penyimpanannya benar-benar kurang bagus. Ukuran resolusi video perisocope yang tersimpan adalah 320x568.

Meski sangat kurang dan kurang, hasil penyimpanannya tidak besar. Durasi 27 menit tidak lebih dari 60MB. Biasanya durasi segitu bisa diatas 500MB. Akan banyak menguras penyimpanan pada ponsel kita.

Tantantang Periscope sebuah event di Semarang

Wajar saja saya khawatir dengan kuota Internet karena kuota tersebut harus beli sendiri. Dalam sebuah event saya berharap adanya akses wifi yang disediakan pihak acara tapi bila tidak sepertinya akan sulit. Ya, kita harus bekerjasama untuk ini.


Acara Festival Komik dan Animasi 2015 di Lawang Sewu

Bila ada wifi.id sebenarnya bisa lebih bersyukur. Harganya cuma 5 ribu, tapi soal jaringan kita tidak tahu juga meski berada di tengah kota. Kadang-kadang naik turun kalau wifi.

Banyak acara di Semarang belum banyak memanfaatkan video streaming semacam periscope. Selain persoalan diatas sudah saya sebutkan, pihak acara atau panitia rasanya juga belum tertarik.

Kalau live via youtube sudah banyak dan di luar Semarang juga sudah banyak yang mempraktekkannya. Tapi saya yakin, mereka sudah punya anggaran sendiri dan pihak penyelenggara sudah bekerjasama. Saya berharap bisa seperti ini.

Soal feedback, saat saya live video streaming kamis siang kemarin lumayan banyak audiencenya. Ada 50 akun yang nimbrung. Maklum perisocope dapat diakses dari seluruh dunia. Mungkin ini kelebihannya.

...

Awal mulanya mungkin masih banyak kekurangan dan saya mengakuinya. Maklum percobaan dan pertama kalinya. Kekhawatiran soal borosnya data yang terkuras ternyata tidak terbukti. Hanya soal kualitas video yang jadi kekhawatiran yang rupanya bisa diakali bila ingin tetap berkualitas yaitu jangan banyak bergerak.

Untuk sebuah acara seperti seminar atau talkshow, audionya sudah bagus bila menggunakan perisocpe. Cukup kok untuk mengambil keuntungan dari live streaming ini.

Kedepan, saya akan berusaha konsisten dan mencoba menyempurnakan apa saja yang jadi kendala. Saya berusaha terus maju untuk memanfaatkan teknologi yang ada terutama media sosial. Masa sudah jaringan 4G, Internet cuma buat facebookan atau ngetweet doang *eh hehe... (3G masih kuat banget).

PR besar saya sekarang adalah siapa yang mau bekerjasama dengan saya dan membayar kuota internet? Soal konten berkualitas, hanya menunggu waktu saja untuk terus mempelajari kekurangannya.

Langsung praktek saja, OKE!

Gambar : Google

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh