Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Tersesat Menjadi Blogger di Kota Sendiri


Mungkin ini adalah buah yang ditanam dari dulu, sekarang saya hanya memetiknya saja. Satu sisi membanggakan, satu sisi saya benar-benar tersesat. Saya butuh jalan lurus kembali seperti dulu. Hehe.. ada apa sih?

Kamis siang, (12/11), di Spigel Bar & Resto, salah satu tempat nongkrong di Semarang yang berada di kawasan Kota lama, saya menghadiri acara 'Acer Media Gathering'. Ini merupakan acara kedua kalinya yang saya hadiri, dan saya bangga bisa terlibat di sini. Apalagi yang hadir sangat terbatas yaitu awak media atau wartawan.

Yang saya permasalahkan adalah tidak adanya embel-embel blogger untuk acara-acara seperti ini yang biasa sering saya lihat di timeline twitter ketika blogger-blogger kota besar sedang berada di acara. Di sana dengan jelas, posisi blogger ditempatkan dengan baik. Di situ kadang saya iri sendiri.

Acara ini bukan yang pertama memasukkan saya (baca dotsemarang) sebagai awak media, acara sebelumnya juga menaruh dotsemarang sebagai media. Ya, Tokopedia yang roadshow di Semarang malah ternyata banyak blogger di sana. Saya benar-benar nggak tahu ada blogger di sana.

Saya sempat bingung bagaimana mereka terorganisasi hadir hingga ramai, apa karena share acara yang ada di media sosial? Atau pihak Tokopedia maupun Smartfren yang menghubungi. Nama terakhir saya malah baru tahu saat acara di sana. Saya kecolongan dan begini nih yang buat saya sedih. Event gede, pasti pada datang semua dan mereka sangat berusaha sekali untuk datang.

Tersesat menjadi blogger

Sebagian orang mungkin ada yang iri dengan saya. Saya sempat merasa begitu ketika ada acara saya dikomentari tak ngundang-ngundang atau memberitahu. Padahal saya hanya berusaha konsisten dan kerja keras atas nama dotsemarang dan hasilnya, mereka mengenal saya.

Karena sering mendapat komen begitu, saya selalu berusaha memberitahu sebuah acara. Dan kepercayaan itu ternyata sangat sulit saya dapatkan. Ya, mereka tidak datang meski acara resmi yang diberi. Ini lah blogger, hadir sesuai mood. Saya tidak menyalahkan siapa pun, hanya jadi ragu lagi memberi info soal acara kedepannya.

Menjadi blogger di Semarang tidaklah mudah. Baik saja dikira sombong, pelit info dan jarang berkumpul. Padahal saat saya membuat acara 'KopdarSMG' dengan kantong sendiri, bisa kehitung berapa kali yang datang. Akhirnya saya sendiri yang jadi malas buat acara karena kehabisan uang tabungan.

Soal acara dari perusahaan besar seperti Acer maupun Tokopedia, dua nama terakhir yang sangat sering ke Semarang, saya diundang bukan atas nama blogger. Saya sedih. Saya berusaha menulis daftar hadir acara dengan nama blogger, tapi saat undangan saya disamakan dengan media resmi. Saya senang, atau sedih?

Mungkin senangnya, saya bisa hadir diantara jurnalis dan saya hampir kenal semua wajahnya. Entah apa yang mereka pikirkan tentang saya yang selalu satu-satunya dari lingkup blogger tapi masuk ke lingkup media.

Tidak senangnya, setelah selesai acara hanya ucapan selamat dan goddie bag yang isinya kalau nggak kaos, ya selebaran kertas. Dimana fresh moneynya, setidaknya buat beli pulsa Internet 1 bulan atau uang haus saya naik sepeda dari rumah ke acara. Tidak ada. Jurnalis, mereka tentu tak memikirkan ini karna ada gaji pokok. Kecuali ada masalah tersendiri. Maaf kalau gitu.

Serba salah

Menjadi tersesat di kota sendiri itu tidak menyenangkan. Naik sepeda panas-panas, beli tiket nonton sendiri dikira dibayarin, datang ke sebuah acara resmi dikira nggak ngajak-ngajak sepertinya saya harus piknik. Membiarkan semua terjadi tanpa ada campur tangan dotsemarang lagi.

Saya cuma berkomitmen dengan apa yang saya inginkan. Menjadikan blogger pekerjaan utama bukan sampingan. Tapi tetap saja, saya bukan blogger ternama yang hadir karena nama blogger. Malah dari media.

...

Saya harus bersyukur karena saya tahu masih banyak yang menginginkan posisi seperti saya. Tunggu dulu, posisi saya nggak ada duitnya, lho. Saya juga harus berterima kasih dengan konsistensi saya sendiri hingga sekarang. Tanpa ini, mungkin saya merasa depresi memikirkan dompet yang terus mengering.

Soal blogger Semarang sendiri kadang saya sedih, hanya acara seperti rembug socmed yang bisa membuat kami saling bersilaturahmi dan bertemu. Lainnya, jalan-jalan sendiri meski banyak komunitas blogger yang berdiri di sini.

Kenapa nggak buat lagi acara buat ngumpulin mereka? Saya sedih juga kalau nggak ada yang datang padahal saya sudah ngeluarin waktu, uang dan tempat. Eh tiba-tiba mereka buat acara juga. Kan maksudnya nyatuin. Cukup satu kota satu rasa dan satu kebersamaan. Ternyata tidak mudah. Saya harus sadar diri.

Sepertinya saya akan menerima label tersesat dulu saja hingga saya merasa lelah sendiri dengan dunia blogging. Apa yang pantas dibanggakan dengan platform gratisan seperti saya. Semoga ketersesatan ini membuat saya lebih baik lagi. Amin

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun

I Will Never Let You Go, Drama China Kolosal Tentang Putri Pengemis dan Pangeran Bertopeng