Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Menjelang Akhir Tahun, Ramai Komunitas Blogger Berlatar Belakang Genre



Ini semacam diskriminasi terhadap genre atau jenis kelamin menurut saya. Apakah saya harus mengganti pakaian seperti rok atau menggunakan kerudung. Pikiran tajam ini tiba-tiba datang saat berkendara naik sepeda minggu siang, (22/11), kemarin.


Fase komunitas blogger di Indonesia sebenarnya mengalami pasang surut. Tapi tidak dengan komunitas berbasis kota atau daerah. Beberapa komunitas mampu bertahan dan terus berkumpul sembrani berkarya. Sebagian lagi hanya digunakan sebagai pererat tali silaturahmi dan sebagian lagi hilang.

Cerita awal saya diatas berkaitan dengan hadirnya komunitas 'Gandjel Rel' di Semarang. Komunitas yang mengadaptasi dari komunitas Ibu-ibu doyan nulis atau IIDN Semarang dan dipastikan membernya pun sama. Terlebih, mereka semua wanita. 

Belum genap setahun, jika tidak salah, salah satu membernya yang punya nama terkenal lewat bukunya yang sudah di filmkan membangun lagi di sekitar tempat tinggalnya. Ini semacam mengambil potongan kue ulang tahun yang masih manis dan sayang bila tidak diambil.

Diskriminasi gender / Jenis Kelamin

Saya ingin sekali merasakan berkomunitas kembali akhir-akhir ini. Kesibukan menulis Semarang, membuat saya begitu jauh dari yang namanya tali silaturahmi. Saat bersepeda pun, saya hanya akan datang ke sebuah acara lalu selesai, pulang.

Diskriminasi gender disini bukan dilihat dari sisi negatif

Masih cerita di Semarang, sebenarnya ada Loenpia, Tumblr, dan Kancut Keblenger sebagai komunitas blogger yang terbilang aktif. Entahlah mengapa saya tidak ada di salah satunya menjelang akhir tahun ini. Apakah karena dampak para kepalanya sudah lulus kuliah dan pergi mencari kerja, atau sibuk dengan pekerjaannya, sehingga yang royal sebagai komunitas saja yang dihubungi.

Diskriminasi gender menjadi bumbu disini. Masa saya harus gabung dengan emak-emak atau wanita lainnya di Gandjel Rel. Apa nggak aneh? Apalagi status saya masih single. Ntar selain dibully, suami-suami mereka pada ngamuk ke saya. Haha...

Halo, saya butuh komunitas baru lagi kalau begini.

Blogger Laki-laki yang mencoba mendobrak tren

Timeline bergemuruh melihat setahun terakhir komunitas emak-emak blogger terus bertumbuh dan berkembang. Wanita-wanita dari yang muda hingga paruh baya, semua mendadak suka ngeblog. Posisi branding emak-emak blogger patut diapresiasi karena berhasil mengajak semua perempuan Indonesia mau menulis.

Dampaknya, komunitas berbasis daerah akhirnya membuat yang serupa seperti yang di Semarang yang saya sebut diatas. Wanita-wanita yang keren, bukan. 

Tiba-tiba, sebagian blogger yang berpikir semacam saya tentang diskriminasi gender, hadir dengan platform komunitas baru yaitu komunitas blogger laki-laki. Saya tak terlibat dan tak begitu memahami karena pada saat acara saya tidak ada.

Namun tiba-tiba lagi, saya sudah di grup mereka. Ya, saya harus menahan diri dulu sebelum keluar dari sana. Sambil melihat seperti apa pergerakannya. Hingga tulisan saya buat ini, komunitas blogger laki masih sebatas berbagi share di grup facebook. Saya belum melihat gerakannya sebagai komunitas. Atau saya saja yang ketinggalan. Hahaha...

Menikmati potongan kue 

Bukan hanya blogger baru ngeblog yang tergabung dengan komunitas emak-emak blogger, profesional pun ada disana. Mereka ramai sekali bila sedang ada di acara. Kegemaran mereka selfie saat acara membuat saya ingin sekali bertanya, anak gadisnya ada yang jomblo? *lempar sendal...

Satu tahun belakangan ini, banyak sekali event yang menggandeng blogger terutama perempuan. Mulai dari lembaga, pemerintahan dan swasta, berebut minta blogger-blogger hadir. Garda terdepan, blogger perempuan yang pertama kali saya lihat di timeline.

Saingan komunitas blogger perempuan saat ini mungkin yang terlihat adalah food blogger dan travel blogger. Untuk travel, sepertinya karena pemerintah sedang ingin mengembangkan pariwisata, mereka sedang naik kelas. Jadi jangan heran bila tiba-tiba ada blogger di kota kita, mereka hanya numpang selfie dan promosi lewat twitter. Kita, lagi-lagi hanya jadi penonton.

Tahun 2015 memang sangat menarik. Apalagi banyak potongan kue yang dibagi-bagi. Kita yang mencoba berhenti berkomunitas maka hanya dapat melihat keasyikan mereka saja. Emak-emak tidak lagi hanya mengurusi suami dan kerja di dapur. Mereka lebih terkenal sekarang ini karena media sosial.

...

Sebagai seorang yang mengamati saja, dan blogger yang suka naik sepeda keliling kota Semarang (bawah), saya hanya jadi penonton mereka saja. Kadang seru, kadang juga membuat saya sedih. Banyaknya komunitas berbasis genre terutama wanita, masa nggak ada yang mau sama saya. Hahaha... *duh jujur.

Tapi bukan itu maknanya, keceplosan. Tahun 2016 sebentar lagi dan seperti apa kue-kue tersebut dibagi? Apakah masih dipegang emak-emak atau perempuan blogger. Atau hadirnya komunitas blogger laki bisa mendobrak tren yang sedang hotnya ini.

Bagaimana dengan komunitas berbasis daerah? Saya yakin asal pentolannya masih ada di dalamnya, komunitas tersebut tetap eksis. Bila tidak, sepertinya hanya akan merayakan momen tertentu saja. 

Bagaimana dengan komunitas berbasis platform lokal semacam Kompasiana dan blogdetik? Nama pertama sepertinya akan mendapat saingan dari komunitas sejenis yang namanya mulai naik seperti Viva. Blogdetik akan terus mencoba mempertahankan komunitasnya hanya sebatas nama di halaman homenya. Tapi orang-orangnya, entahlah. Program kreatif sharing akan juga jadi andalan sepertinya.

Saya sendiri? Tidak berkomunitas, dan nama dotsemarang adalah nama brand personal saya saja sekarang ini. Tapi saya akan tetap mengajak masyarakat yang belum berkomunitas atau sudah untuk eksis di Liga Blogger Indonesia tahun 2016. Saya mohon dukungan untuk ini.

Tahun 2016, apa lagi ya komunitas blogger yang akan tren?? Jadi penasaran!

Komentar

  1. Hihihi ini sekalian curhat ya? Anakku masih bayi, cowok pula :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha... hooh.
      Weleh... dikira saya cabul ntar :D

      Hapus
  2. Mau join gandjel rel, Mas? Beli jilbab dulu yaaa hihihi. Yuk bikin komunitas campuran *halah*

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaa...

      Nggak ah, dah tua buat komunitas hehe

      Hapus
  3. Blogger film belom ada yang ngelirik, yah? =(

    BalasHapus
  4. paling nge fans sama blogger foodie, hehe. cara ambil fotonya bisa bisa ga punya sungkan sama tetangga hehehe

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Half Girlfriend, Film India Tentang Pria yang Jatuh Cinta dan Tidak Mau Menyerah

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh