Bahkan kenangan itu harus terjual karena ketidakmampuan mengikuti perkembangan jaman. Melihat kebelakang selalu menyenangkan, banyak cerita yang dapat dikembangkan. Tempat ini juga punya kenangan untuk saya dan juga dotsemarang.
Sudah cukup banyak tempat nongkrong yang akhirnya gulung tikar. Semarang memang benar-benar kejam bagi mereka yang tak bisa menjaga konsisten dan komitment. Termasuk juga yang menyepelekan kreatifitas pasar.
Noro cafe pernah dipublish di website dotsemarang pada tahun 2012. Itu 2 tahun setelah dotsemarang berdiri. Di sana dotsemarang beberapa kali mengadakan acara, termasuk Kofindo. Sepertinya kerja keras mbak Ismi yang buat acara pasti membuatnya tidak percaya saat membaca postingan ini.
Punya konsep rumahan, Noro Cafe sebenarnya punya kelebihan waktu itu. Bahkan saya melihat dalam perjalanannya, tempat tersebut sering berganti konsep. Suatu hari saya pernah melihat keseruan komunitas penggemar musik yang sangat ramai disana. Saya sempat mampir dan berbaur di sana. Menyenangkan melihat semangat muda berkomunitas pada jaman itu.
Ngomongin bisnis pasti akan berakhir sinis
Ada kesamaan antara tempat-tempat nongkrong yang tutup di Semarang dengan dotsemarang itu sendiri. Selain beberapa menjadi kenangan karena buat acara di sana, keduanya kini sudah berakhir. Sayangnya, dotsemarang tidak bisa dijual dan mendapatkan keuntungan. Setidaknya ada kembalian.
Membangun kerajaan bisnis di Semarang pada awal-awal selalu menyenangkan. Sayangnya banyak pihak pemilik tempat tidak pernah memanfaatkan peluang kerjasama dengan baik. Seperti dotsemarang yang mencoba bersilaturahmi untuk bekerjasama. Tapi yang terlihat disana adalah bisnis semata. Pakai tempat, bayar!
Beberapa tahun perjalanan dotsemarang yang mulai berpikir profesional juga mengalami dampak yang sama. Meski harus menanggung pengeluaran lebih besar ketimbang pemasukan, saya sebagai pemimpi berharap sisi kreatifitas teman-teman mampu mendongkrak nama dotsemarang. Sayangnya, semua orang sudah lulus kuliah dan sebagian sudah berkeluarga. Tak perlu lagi mempertahankan yang katanya atas nama kekeluargaan.
Ini yang terjadi saat ngomongin bisnis, pasti berakhir sinis. Indah awalnya, dan berakhir pada tangisan. Teman-teman yang membangun bisnis atau komunitas saya ingatkan selalu, hati-hati melangkah setelah 1 tahun. Karena pada saat menemukan tujuannya masing-masing, semua pasti hilang.
...
Saya melihat kondisi Noro Cafe awal November 2015 ini pada saat melintas mau menuju Java Supermall. Saya kenal baik juga sama pemiliknya. Tapi bila berganti bisnis, mungkin saya tidak kenal.
Selain tempatnya juga termasuk wilayah langganan banjir, Noro bagi saya punya banyak cerita menarik. Sangat disayangkan sekali sebenarnya. Tapi apa mau dikata. Semua sudah terjadi dan semoga sang pemilik mendapatkan bisnis barunya yang lebih baik.
Tidak ada yang abadi!
*Noro Cafe beralamat di daerah Sompok atau dekat Bakso Doa Ibu.
Itulah namanya bisnis Mas Bro, jadi masih bisa bilang jadi pengusaha itu mudah??? :-)
BalasHapusHaha.. betul2.
HapusSaya cuma blogger, pak :D
bukan tidak mungkin hal yang sama akan terjadi di Pontianak juga. Rame2 buka kafe atau rumah makan, tapi seleksi alam akan selalu ada.
BalasHapusYups,
HapusSeleksi alam memang terus berlangsung