Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Andai Bioskop Semarang Punya Tempat Nongkrong?


Namanya juga berandai-andai, tidak salah kan? Saya berharap bioskop Semarang memiliki tempat ngopi sendiri atau tempat nongkrong. Sepertinya cuma disini saja yang belum punya bila melihat iklan sebelum film dimulai bagaimana fasilitas 21. Mungkin ketersediaan ruangan yang sudah kurang memadai.

Menonton yang merupakan aktivitas mingguan, terkadang membuat saya harus meluangkan waktu untuk pergi ke bioskop Semarang yang berada di Mall Ciputra. Hanya bioskop disini saja yang selalu menayangkan film-film Indonesia.

Setelah selesai menonton, saya selalu menulis dari apa yang saya tonton. Khususnya animo penonton sebuah film di Semarang. Karena animo tersebut, film-film yang beredar bisa kita prediksi kedepannya. Apakah bertahan atau hanya kurang sepekan untuk dilepas dari sini.

Masalah saya adalah saya butuh meja dan kursi untuk menulis dengan laptop kecil saya. Memang beberapa tempat nongkrong diluar bioskop memberikan fasilitas tersebut. Tapi terkadang banyak gangguan dan juga harganya buat manyun.

Saya hanya berharap ada tempat nongkrong yang bisa memesan secangkir kopi untuk membuat saya merasa nyaman menulis disana. Ruangan khusus yang membuat imajinasi saya tetap terkekang dikepala saya sebelum benar-benar hilang setelah keluar dari ruangan bioskop.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh