Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Belajar Dari Ibu yang Sedih dan Pria Dablek


Akhirnya ada yang bersedih juga karena perbuatannya. Ironi memang. Kekhawatiran tentang orang baru yang tidak mengerti prilaku seseorang bisa terjadi demikian. Sayangnya yang merasa, tidak akan pernah berubah untuk kesedihan tersebut.

Hampir lebih dari 6 tahun saya berteman dengan teman saya ini. Tidak terbayang bagaimana sekarang bisa satu rumah. Dan dengan durasi waktu segitu, wajar saja saya lebih memahami karakter orang-orang dablek alias susah dibilangin. Saya juga belum tahu bagaimana mendepaknya dari kehidupan saya, mengingat saya juga belum move on dari Semarang.

Belajar menerima

Lupakan bagaimana kisah pria yang memiliki karakter 'dablek'. Karena karakter tersebut saya juga banyak belajar. Termasuk kejadian yang menimpa si Ibu yang bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah Difa.

Menjadi keras kepala itu mudah bila sesuai karakternya. Belajar menerima itu terkadang yang sulit. Sudah tahu api itu panas, tapi tetap aja banyak orang bermain api. Sudah tahu langit itu biru, ada yang menggambarnya hitam.

Menerima mungkin adalah tentang sikap mengalah dan mengakui bahwa kekurangan seseorang harus dimaklumi. Soal berubah atau tidak, hanya pria tersebut yang memahami. Kadang kasian juga bila sehari-hari bisa salah bagaimana nanti saat berumah tangga maupun soal pekerjaan.

Belajar sabar

Saya harus mengontrol emosi si ibu yang curhat atas perilaku kawan saya ini. Beliau yang menganggap semua orang rumah ini adalah anaknya ternyata merasa kesulitan untuk melihat seberapa kualitas orang ini.

Saya mau berkata apa selain kalimat sakti 'sabar bu'. Orang itu sudah dari lahir seperti itu. Kita bukan keluarga kandungnya jadi begitulah pola pikirannya. Ngapain juga ngurusin dia, lawong dia tak peduli. Sabar bu..sabar... sambil melihat ibu pergi ke kamarnya lagi.

...

Ibu asisten rumah tangga adalah orang kesekian kalinya yang tak menyangka bahwa ketemu juga dengan orang yang memiliki sifat dablek. Sebagian orang yang mengenalnya sudah terlanjur bosan dan hanya berpikir lebih baik menerima saja. Toh, masih ada sifat baiknya orang ini.

Ibu asisten mungkin lupa bahwa jangan pernah melihat seseorang dari luarnya yang baik. Saat sering bertemu, disitulah wujud aslinya keluar. Ia yang telah melihat wujud aslinya mau tak mau antara bersabar atau memaki dalam hati.

Teman, berubahlah sedikit. Aku dan yang lain sudah menerima kekuranganmu itu. Tapi bagaimana dengan orang-orang baru yang berpikir kamu itu orang baik, bak layakanya dewa maupun pemimpin. Kuasailah dirimu dan jangan pernah mengecewakan orang yang sudah mempercayaimu.

Mari belajar dan belajar lagi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh