Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Alasan Naik Sepeda



Naik sepeda itu bagi sebagian orang itu menyenangkan dan menyehatkan. Termasuk saya juga. Namun alasan sebenarnya saya suka naik sepeda adalah...

Saya beruntung tinggal di Semarang yang memiliki jalanan super lebar dan jarak tempuh yang tidak jauh antara rumah dan jantung kota. Jalan rayanya pun 90% mulus. Dan punya area jalan sepeda meski sekedar garis orange yang mulai memudar.

Kemana-mana saya selalu menggunakan sepeda. Rutinitas saya menulis blog yang memiliki banyak waktu luang juga menjadi sebagian alasan saya suka bersepeda meski di siang bolong.

Tidak punya SIM

Kehilangan BPKB motor beberapa tahun lalu dan malas ribet ngurusin bagaimana nantinya STNK dihidupkan merupakan awal saya mulai berani beraktivitas setiap hari menggunakan sepeda.

Ditambah SIM yang mati total beberapa tahun, jadilah bumbu pelengkap bagaimana saya mengalami trauma soal ditilang karena surat-surat ini yang tidak saya miliki.

Jarak tempuh

Jarak dari rumah ke simpang lima dengan kecepatan dibawah 20km sepertinya tidak lebih 30 menit. Belum lagi dari satu mal ke mal, hotel ke hotel, semua sangat mudah untuk dijangkau.

Kendalanya hanya soal keringat yang berlebih untuk masuk ke beberapa tempat yang saya sebut tadi. Tapi tenang, saya selalu membawa pakaian ganti untuk tidak terjebak dengan suasan yang kurang menyenangkan bagi orang lain.

Gaya hidup

Menjadikan bersepeda tidak hanya pada saat berolahraga pagi hari, benar-benar rutinitas, membuat bersepeda bagi saya adalah gaya hidup. Saya boleh pamer kacamata, topi kebelakang, tas dikeranjang atau digendong dibelakang dan sambil mendengarkan musik. Lebih bergaya, bukan?

Namun ada masalah. Sebagian besar wanita yang saya jumpai seperti memandang pria naik sepeda bukanlah sesuatu yang menarik. Ibaratnya, saya beriringan dengan sepeda motor butut pun, saya masih kalah kelas. Lagian saya juga belum pernah mencoba berkencan dengan naik sepeda sambil memikirkan hujan yang turun. Berat deh!

Kesehatan

Sudah lazimnya sesuatu yang dikerjakan dengan tubuh akan berhubungan dengan kesehatan. Kaki adalah bagian tubuh yang paling dominan untuk urusan gerakan. Mau tidak mau, perlu keseimbangan.

Efek yang pernah saya baca dari bersepeda adalah jantung. Yah, lumayan memompa darah dari jantung ke  otak lebih cepat.

Mengecilkan pinggang dan bagian paha juga merupakan dampak dari bersepeda. Tapi ingat, tubuh kan berkeringat tuh. Jangan lupa bawa air, takutnya dehidrasi. Kan nggak lucu maunya sehat malah sakit.

...

Keuntungan yang saya dapatkan bersepeda selain yang saya sebutkan diatas adalah menemukan ide-ide dan gagasan buat tulisan saya di blog. Bisa berhenti sejenak untuk mengamati dan menuliskannya dalam aplikasi evernote.

Menyapa orang nggak dikenal dan berharap ada wanita yang tidak malu untuk diajak kenalan. Eh, ngelindur. Saya berharap adik-adik saya juga naik sepeda atau mahasiswa yang merasa dekat jarak kosnya dengan kampusnya.

Di Semarang, semua orang menggunakan sepeda. Mulai dari pelajar, pegawai (bule), dan masih banyak lagi. Coba rasakan sensasinya dan gunakan sepeda yang menurut kita menyenangkan. Naik sepeda bukan lagi sekedar gaya tapi kebutuhan untuk alat transportasi yang murah dan menyehatkan.

Komentar

  1. jalan2 di semarang bukannya kyk di pegunungan gan? naik turun? emang enak naik di sepeda di sana...?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semarang bawah nggak kok. Jalannya mulus :D

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun

I Will Never Let You Go, Drama China Kolosal Tentang Putri Pengemis dan Pangeran Bertopeng