Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Tren Gaya Hidup Halal

Majalah Gatra edisi Lebaran

Tengah tahun ini, saya menemukan sesuatu yang menarik untuk ditulis di blog pribadi ini. Setelah 'Smart City' yang beberapa waktu lalu sudah duluaan masuk, kini tentang 'tren gaya hidup halal'. Saya masih newbie untuk membahas ini, tulisan ini setidaknya beberapa tahun kedepan akan menarik. Dan tentu nambah-nambah referensi mesin pencari dan dotsemarang.com.

Tentang Halal sebenarnya saya benar-benar tertarik saat kelas Akademi Berbagi pada waktu puasa kemarin saya ikuti. Maklum saja, pembicaranya mas Siwo atau Yuswohady. Salah satu tokoh marketing nasional yang sangat populer menurut saya.

Halal jadi tren global

Seperti biasa rasa ketertarikan dengan majalah marketing membuat saya terbilang rutin membeli majalah maupun tabloid (ponsel). Semua itu untuk mendukung aktivitas saya dan dotsemarang.

Nah kebetulan masih terngiang soal 'Halal' yang dibahas di kelas Akber, tanpa ragu saya membeli majalah diluar kebiasaan saya. Majalah Gatra dengan sampul hijau yang bertemakan lebaran. Senangnya membaca majalah di toko buku Toga Mas Semarang itu adalah majalahnya sebagian sudah dibuka. Karena tertarik, baca-baca dan eh bagus, diambil deh.

Judul halal jadi tren global bukanlah isapan jempol belaka. Alasannya? Judul itu termuat dalam sebuah halaman yang ada di majalah Gatra. Yang mengisahkan dalam halaman tersebut adalah mas Asrorun Ni'am Sholeh. Siapa ini? Beliau adalah ketua komite syariah World Halal Food Council (WHFC).

Beliau menceritakan beberapa pengalamannya di luar negeri bagaimana bangsa-bangsa disana memperlakukan 'Halal' sebaik mungkin. Mengingat jumlah kaum muslim di dunia sangatlah besar. Karena itu mungkin.

Contoh menariknya seperti perjalanan beliau di New York, acara field trip tiga hari. Di berbagai sudut kota, pusat-pusat wisata, bertebaran restoran halal yang sesak pelanggan. Dan bahkan, pedagang kaki lima pun yang berjualan menggunakan tulisan yang mencolok, halal.

Saya dan Anda beruntung. Sebabnya, majalah Gatra ini menaruh halaman artikel tentang beliau di laman websitenya. Semua tulisannya sama persis. Saya tadi berpikir bagaimana caranya memasukkan semua tulisan (meski dituduh ngopy). Yah, karena hal ini saya maupun Anda tidak bersusah payah membaca tulisan saya ini yang nantinya sangat panjang.

Baca DISINI tentang Halal Jadi Tren Global. Langsung klik dan nanti diarahkan menuju laman website Gatra.

Kelas Menengah

Kehadiran jargon 'Halal' yang sebenarnya sudah dari dulu ini tak lepas dari bagaimana kemampuan masyarakat saat ini yang sedang naik daun. Orang-orang marketing menyebutnya 'kelas ekonomi menengah'. Tahu kan kalau negeri kita ini didominasi kaum muslim terbesar.

Nah karena kelas menengah ini yang sedang naik daun dan juga muslim, kemampuan mereka bisa dibilang dengan ilustrasi ciri sebagai berikut; Mereka makin kaya, knowledge (pintar), dan terkoneksi secara sosial.

Mau tidak mau, jargon Halal kedepannya akan menjadi semacam syarat mutlak bagaimana sebuah produk diinginkan. Lihat saja saat ini bagaimana produk bank syariah, hotel syariah, kosmetik halal dan sebagainya.

Halal itu baik

Jargon ini memang identik dengan umat muslim. Meski begitu terapan dari jargon ini sebenarnya sangat baik buat manusia, contohnya makanan. Karena kebaikan itu yang mencakup kesehatan dan kebersihan makanya lagi banyak yang melirik. Meski sudah dari dulu, sih.

Jadi jangan khawatir bahwa ini mempersempit masyarakat diluar umat muslim. Maaf saya bukan membedakan, tolong pahami dari sisi marketing dulu. Saya tak punya kemampuan untuk lebih baik.

Tahun 2019

Negeri kita memang benar-benar didominasi muslim dan di luar sana (negara-negara) sudah menggunakan jargon Halal untuk produk mereka. Baca lagi 'Halal Jadi Tren Global'.

Soal tahun 2019, prediksi mas Siwo bila jadi Halal akan disahkan dalam Undang-undang dimana semua produk, restoran, atau apa pun itu akan menggunakan jargon halal dikemasannya. Yang tidak halal tidak apa-apa sih, ini hanya melihat kedepannya saja.

...

Di Semarang kalau nggak salah ada beberapa yang menaruh jargon Halal di promosi produk mereka. Tidak banyak sih, dan yang saya jumpai memang masih seputar kuliner dan oleh-oleh.

Semoga informasi ini memberi gambaran baru buat saya dan Anda yang memang belum tahu. Dan yang sudah terbiasa, saya hanya ingin menyebarkan saja tentang gambaran ini. Beberapa waktu kedepan, saya akan berusaha mengupdate tren Halal ini. Termasuk di kota Semarang dengan apa saja produk yang memanfaatkannya.

Salam blogger

Komentar

  1. Balasan
    1. Sama kok, mba.
      Label mungkin menurut saya ke produk.
      Jargon lebih ke bahasa komunikasi saja.

      Maaf membuat bingung :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh