Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Komunitas Instagram Semarang Mulai Masuk ke Ranah Berbagi Offline

Gambar Ilustrasi : Google

Akhirnya komunitas Instagram Semarang, dimana saya pun ada ikut ambil bagian dari komunitas ini, memiliki agenda forum offline. Acara sharing offline yang biasa dilakukan komunitas pada umumnya. Sesuatu yang baru bagi komunitas ini namun sudah begitu sering saya ikutin untuk sebuah komunitas.

Saya tidak berpikir negatif tentang komunitas ini. Tapi mempertanyakan kepada diri saya sendiri, beginilah komunitas itu berkegiatan. Memiliki banyak orang di dalamnya dan aktivitas yang mulai kurang menarik tentu harus ada sesuatu yang baru agar tali silaturahmi tetap terjaga.

Saya masih begitu trauma dengan yang namanya komunitas sebenarnya. Dan makanya lebih baik menjadi anggota saja atau kalau tidak penonton setia yang cukup melihat dan merasakan kehangatan kebersamaan.

Membangun komunitas memang mudah dan tentu membutuhkan seorang pemimpin yang tidak sekedar disegani namun pandai mengemudikan komunitas kedepannnya. Dan itu adalah pengalaman berharga bagi mereka yang membangun dari awal.

Kini, aktivitas berbagi kembali hadir lagi. Dan lagi-lagi dari komunitas. Acara pertama yang dilakukan hari minggu kemarin (12/7), bahkan saya saja tidak datang. Bukan saya malas dan malah ikutan acara lain. Emosional yang dibangun membuat saya masih berpikir masak-masak. Apakah ini euforia sesaat atau malah kejadian lama terulang lagi.

Saya mendukung komunitas Instagram terus berinovasi dan aktif berbagi. Mungkin saja saya yang berpikiran negatif tentang diri saya dan komunitas. Mohon dimaklumi. Komunitas yang saya bangun dulunya membuat saya trauma.

Sukses terus buat komunitas Instagram Semarang. Saya dukung dari belakang dulu, yah.

Komentar

  1. Jangan pesimis dulu, tetap akan ada sebuah asa dibalik kisah. Jalani aja semuanya sesuai alur dan passion kita Bro. Salam rindu dari Pontianak... :-)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh