Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Dilemanya Mau Liputan Acara Karnaval Sesaji Rewanda



Setelah resmi melihat jadwal acara Sesaji Rewanda, saya pikir untuk menuju kesana dengan sepeda adalah ide menarik. Saya harus berangkat 2 jam sebelum acara, kata hati saya yang menegaskan bagaimana harus merealisasikan ide barusan yang masuk. Namun pada kenyataannya saya tidak jadi bersepeda. Saya galau.

Wajah cantik gambar diatas adalah satu diantara banyak momen yang saya abadikan dengan kamera digital (pocket) dengan zoom paling full saat sudah di acara. Saya harus akui juga bahwa kamera ponsel belum bisa mengalahkan kekuatan zoom dari kamera digital yang harganya lebih murah daripada harga ponsel yang saya bawa (zenfone 2). Miris :|

Seperti perempuan cantik

Lupakan gambar diatas dan mari melihat isi otak saya yang berpikir keras untuk mau hadir di acara sesaji Rewanda yang digelar hari kamis, 23 Juli 2015 di Goa Kreo, Desan Kandri.

Bagi saya, acara ini seperti perempuan cantik. Indah, seksi, dan memiliki tantangan untuk menghampirinya. Acara ini juga adalah kedua kalinya saya hadiri setelah setahun lalu juga pernah kesini. Bila tahun kemarin bareng rekan saya, kali ini hanya sendiri. Silahkan baca review singkatnya di website dotsemarang atau langsung klik disini.

Dilemanya

Hingga jam 6 pagi dari jam bangun saya dini hari, perasaan saya benar-benar dilema. Apa benar mau datang ke acara ini menggunakan sepeda. Dipikir-pikir, lokasinya jauh juga. Masalah utamanya adalah jalurnya yang naik turun. Jalur tanjakan benar-benar jadi masalah sepertinya.

Waktu yang terus berjalan tanpa sadar membuat saya banyak kehilangan momentum. Dan rencana naik sepeda harus batal juga. Waktunya mepet banget kalau berasumsi dari rumah ke lokasi 2 jam. Ini sudah tinggal 1 jam lagi acara dimulai.Batal dan terpaksa pinjem kendaraan orang rumah.

...

Acara budaya memang selalu menarik. Jangan salah, puluhan wartawan sudah ada disana. Mulai menenteng kamera DSLR hingga SLR yang lensanya panjang-panjang. Adakah blogger seperti saya disini yang saya kenal? Atau saya saja yang nekat datang kesini.

Ah sudahlah, setidaknya saya tahu apa yang terjadi selama acara dan meski harus disayangkan karena tidak sebanyak tahun lalu yang menyaksikan, acara ini tetaplah seperti perempuan cantik. Sayang kalau dilewatkan.

Salam blogger

Komentar

  1. Mungkin moment yang kurang pas dimana sebagaian orang masih pada mudik bahkan sudah harus kerja menjadikan acara tersebut tak sebanyak orang yang menyaksikan seperti tahun lalu.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh