Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Resiko Blogger ; Acara yang Batal



Bahkan, untuk acara yang menggunakan tempat yang besar pun batal. Entahlah bagaimana perasaan panitia yang sudah memasang spanduk membentang di area lokasi acara. Sesuatu yang terkadang tidak bisa diterima.

Minggu siang (5/7), terik matahari benar-benar terang benderang. Namun itu bukan sebuah penghalang. Mengayuh sepeda diterik bolong ini sudah biasa beberapa tahun terakhir. Tentu ini ada tujuannya, bukan sekedar membakar kulit tangan yang tidak menggunakan jaket saat memutuskan pergi.

Lawang sewu ditempuh tidak lebih dari 30 menit dari rumah. Dengan mengakali rute jalanan biasanya, jarak tempuh memang lebih pendek. Dan harapan itu begitu tinggi untuk mencari tahu kabar acara yang sedang berlangsung, Lawan Sewu Expo 2015.

Setelah menaruh sepeda di deretan parkir sepeda motor, langkah kaki sudah tidak sabar melihat suasana yang sedang terjadi. Maklum, ini hari minggu tentu acara pasti ramai.

Namun apa yang terjadi? Tidak ada acara disini katanya, lho! Ini petugasnya yang keliru atau saya aja yang salah jadwal. Coba membuka smartphone dan mengecek website dotsemarang di halaman agenda, ternyata masih ada. Jadwalnya juga masih panjang.

Saya kembali memastikan dan bertanya lagi dengan petugas disana. Lantas petugas tersebut mengatakan, acara ini dibatalin. Entah karena apa alasannya. Buktinya tidak ada apa-apa disini.

*Lemas, lesu, seperti mencari air di padang pasir. Tubuh terhempas begitu saja.

...

Sedih juga mengetahui event seperti ini gagal dan entah bagaimana perasaan panitia. Saya pernah mengalami hal demikian dan itu buat pusing memikirkannya.

Disatu sisi, ini adalah kerugian dari saya yang menulis blog di dotsemarang. Resiko yang harus diterima saat semua harapan tidak tersampaikan. Meski niatnya baik. Kalau begitu, lebih baik menulis tentang diri sendiri saja atau diundang sebuah acara. Itu pasti tidak gagal.

"Resiko yang dihadapin blogger yang punya konten lokal adalah harapan yang tidak sesuai".

Salam blogger

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun