Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Mengetahui Idealisme Seseorang Lewat Cara Memasak Mie Bungkus


[Artikel 18#, kategori Tips] Pernah merasakan masakan orang lain lebih enak ketimbang diri kita yang memasak sendiri, semisal masak mie bungkus. Saya? Pernah dong. Karena ini juga, saya malas masakin orang lain setelah dibilang kurang enak. Hmm..

Apa hubungan antara idealisme dan mie bungkus yang harganya kini paling murah sekitar seribu rupiah. *Ingat dulu waktu Sekolah, harga mie cuma 200 rupiah.

Ada, bila ingin mengetahui idealisme seseorang, kita bisa melihat dari seseorang yang memasak mie. Ini menurut saya saja, lho.

Alasannya? Mungkin orang yang baru kita kenal memasakkan mie bungkus yang kita minta pasti masih terasa enak. Namun seiring waktu, terkadang rasanya tidak seperti awal kita menyukainya. 

Kita mulai meminta ditambahkan telur, kurangi air atau juga dibuat mie goreng saja ketimbang mie rebus. Dan orang yang kita minta tentu merasa diatur-atur dan dalam hatinya mungkin berkata, sudah dimasakin minta aneh-aneh lagi.

Dari sini, kita sudah tahu seperti apa sifat idealis seseorang. Memang cara mengetahui idealisme seseorang sangat banyak, tapi yang saya pikirkan baru ini saja.

Seperti kehidupan dalam dunia nyata seperti berkomunitas atau berorganisasi, terkadang kita merasa nyaman saat awal bertemu. Kita menyukai cara ia bicara dan memiliki impian serta hal positif lainnya yang membuat kita kagum.

Manusia tidak seperti malam dan siang yang sangat konsisten berganti. Manusia memiliki masalah serius dalam menjaga keseimbangan dirinya saat hari ini bisa bilang A, maka besok bisa bilang B dan C.

Kita si pengagum perlahan-lahan mulai mengenal sosok sebenarnya. Ternyata orang yang kita kagumi ini memiliki idealisme yang kurang cocok dengan saya. Belum lagi, orang itu memikirkan diri kita yang tidak cocok dengannya dan kemudian pergi begitu saja setelah merasa diatur-atur.

...

Ya begitulah menurut saya untuk mengetahui seberapa besar idealisme seseorang yang bisa kita coba dengan contoh memasak mie bungkus.

Ada yang mau buatkan saya mie goreng hari ini?

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh