Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Sebelum Beli Tiket Bioskop, Saya Melakukan Ini Terlebih Dahulu



[Artikel 13#, kategori Kofindo] Siapa bilang naik sepeda itu hemat? Tiap kamis, saya harus ngeluarin seribu rupiah untuk membayar parkir di mana sepeda saya taruh di sana. Tapi cerita saya belum selesai, saya mau ceritakan apa yang saya lakuin sebelum masuk  ke dalam bioskop.

Saya sudah memberi klue di awal yang nantinya bakalan menjadi cerita utama postingan ini. Setelah usai menaruh sepeda di parkiran khusus sepeda, saya bergegas ke dalam mal Ciputra Semarang. Bioskopnya ada di lantai 2.

Sebelum bertemu dengan mbak-mbak cantik yang melayani tiketing, saya harus pergi ke toilet. Bukan untuk buang air kecil, tapi saya harus berganti pakaian, mengingat pakaian yang saya kenakan basah karena berkeringat.

Saya duduk di toilet dan diam beberapa menit. Tujuannya menghilangkan suhu panas tubuh dan keringat yang membasahi. Di sini, jangan berharap untuk mandi. Gunanya saya bawa tas ransel adalah membawa pakaian ganti dan pembersih muka plus handuk kecil.

Ini sudah saya lakuin beberapa tahun, jadi petugas toilet tidak heran saya berada di sana mau ngapain. Tantangan terbesar di toilet adalah saat mencuci muka. Kalau nggak penuh, saya tak perlu mengantri. Dan sebaliknya, saya harus sedikit bersabar.

Ada kejadian lucu yang saya baru sadari saat berjalan menuju bioskop. Saya tidak tahu bahwa keringat yang saya pikir hanya ada di kaos, ternyata juga ada di pantat. Celana yang saya gunain memang tidak saya ganti, biasanya cuma kaos. Dan melihat celana saya basah itu membuat saya malu juga.

Mungkin saat itu terik matahari benar-benar di atas kepala, makanya sampai keringat membasahi hampir seluruh tubuh waktu itu. Kalau sekarang, sudah jarang.

Apakah saya bau? Perasaan nggak deh, selain pakaian ganti saya baru dan wangi, tubuh saya bersihkan dengan tisu basah. Betapa beruntugnnya produk tisu basah yang saya ceritakan di sini, apakah mereka mau mengendorse saya? Haha..ada-ada saja.

...

Hari ini adalah hari kamis, waktunya pergi ke bioskop untuk menonton film-film Indonesia yang baru rilis. Saya berharap Anda juga bisa pergi ke bioskop meskipun tidak hari kamis. Tapi harus film Indonesia, lho.

Mungkin buat saya cara menunjukkan mencintai alias Nasionalisme bisa dibangun dengan pergi ke bioskop. Tidak perlu dipaksa semisal tidak ada uang, saya sendiri sudah menyisihkan dan berjuang untuk mengumpulkannya. 

Banyak cara memang untuk mencintai negeri ini, dan dari film Indonesia, saya banyak mendapat pengalaman berharga. Tapi tujuan utama saya pergi ke bioskop tiap kamis adalah mengajak Anda untuk pergi ke bioskop menonton film Indonesia. Itu saja.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun