Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Kadang Sedih Juga, Diundang Tapi diperlakukan Sama Dengan yang Lain


[Artikel 30#, kategori aktivitas] Saya senang diundang, apalagi atas nama dotsemarang yang saya hormati sebagai profesi seorang bloger. Dengan mendapatkan undangan, tentu manusiawi sekali kalau saya berpikir spesial. Dan saya akan balas kebaikan si pengundang dengan sebuah postingan dan share di media sosial dotsemarang. Tapi..

Kadang sedih juga setelah tiba di lokasi acara, makna spesial sebagai undangan itu diperlakukan sama dengan peserta lain. Apakah saya terlalu sombong? Tidak. 

Seharusnya saya tidak akan datang untuk sebuah acara bila tidak diundang. Saya menghargai waktu sama seperti uang, mengingat pekerjaan saya sebagai bloger belum dapat menjadi fondasi hidup saya. Saya berharap mendapatka penghasilan di sana.

Selain soal waktu, saya juga harus mengeluarkan tenaga dan pikiran. Saya bersepeda dan lumayan lelah kalau jarak dari rumah (jl.Majapahit) sampai lokasi acara (semisal, Tugu Muda).

Saya kedengar manja, dan angkuh. Jangan berpikir ke sana, karena saya sudah melakukan aktivitas ini lebih dari 3 tahun lamanya. Saya tidak lagi bertahan pada prinsip mengejar passion. Karna sekarang sudah terjun, saya menyukainya. 

Yang saya katakan ini hanya sebuah ungkapan perasaan bahwa terkadang saya juga merasa sedih saat datang ke sebuah acara diperlakukan sama dengan peserta biasa. Daftar, kasih snack, dan pulang. Padahal undangan tersebut menaruh nama bloger sebagai partisipasi secara resmi sebagai undangan.

...

Saya berharap, brand yang menggunakan agency atau perusahaan (EO), melihat bahwa bloger itu sebuah profesi yang kedatangannya kurang lebih punya pengaruh saat ini. Karna diundang, saya pikir mereka tahu pentingnya bloger saat ini.

Lebih baik saya nggak datang semisal hanya untuk memenuhi kuota peserta dan menaikkan trending topik di media sosial. Saya ingin dibayar karena pengalaman dan nilai saya.

Saya senang diundang sebagai bloger, tapi saya juga sedih, bila Anda perlakukan saya sebagai peserta biasa yang mendaftar karena tertarik acaranya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh