Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Ketika Rasa Malas Menulis Menghinggapi


[Artikel 33#, kategori Motivasi] Jujur, beberapa hari ini saya benar-benar malas menulis meski ide di kepala saya menari-nari ingin dituangkan dalam blog ini. Sayangnya, saya cuma sanggup ngisi blog dotsemarang. Begini mungkin rasanya yang sehari biasanya nulis tiba-tiba malas. Tetap saja menderita. 

Bila menemukan tulisan sebelum post ini kosong dan tiba-tiba terisi, itu saya berarti sedang berusaha membayar postingan yang belum dipublish. Saya memang punya tips agar blog tetap terisi meski saya sedang berhenti menulis. Coba baca di sini tipsnya.

Mungkin bukan saya saja yang mengalami hal seperti ini. Anda pun tentu juga pernah, termasuk mereka yang profesional sekalipun. Sebenarnya tidak ada yang bisa mempengaruhi ketika seseorang sudah mengerjakan sesuatu dengan passion. Tapi kemarin, saya benar-benar harus menyerah. Ini karena sakit diare. Sudah sembuh, datang lagi penyakit lain yang menyerang.

Ketika malas menulis menghinggapi, asal tidak sakit, biasanya saya berusaha mengoptimalkan dengan kopi sebagai asupan konsentrasi yang hilang. Tapi bila itu gagal, saya mencobanya keluar dari rumah. Bisa jalan-jalan ke mal atau bersepeda sebentar.

Baru-baru ini saya juga menemukan asupan vitamin yang dapat memberi semangat menulis. Tapi saya berusaha menahannya untuk tidak mengkonsumsi bila memang tidak begitu butuh.

Menulis sependek ini sebenarnya mudah kalau dalam keadaan normal. Tapi kalau memang butuh istirahat, ya sudah jangan dipaksakan. Kadang kita memang harus berhenti untuk sesuatu yang tak bisa kita paksa.

...

Berhenti menulis bukan berarti lebih nyaman atau tenang. Ide-ide yang menari di otak saya perlu dikeluarkan karna dari waktu ke waktu ada saja yang ingin ditulis. Kalau dikumpulin terus, jadinya tambah malas. Memang setelah menulis cuma perasaan lega yang di dapat, tapi itulah nikmatnya.

Bila Anda mengalami hal yang sama, coba terus dilawan. Akali dengan perubahan suasana hati seperti tempat dan minuman, atau juga makanan. Semua itu dapat membantu pastinya. 

Kalau semua itu tidak bisa, yasudah. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun