Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Ketika Rasa Malas Menulis Menghinggapi


[Artikel 33#, kategori Motivasi] Jujur, beberapa hari ini saya benar-benar malas menulis meski ide di kepala saya menari-nari ingin dituangkan dalam blog ini. Sayangnya, saya cuma sanggup ngisi blog dotsemarang. Begini mungkin rasanya yang sehari biasanya nulis tiba-tiba malas. Tetap saja menderita. 

Bila menemukan tulisan sebelum post ini kosong dan tiba-tiba terisi, itu saya berarti sedang berusaha membayar postingan yang belum dipublish. Saya memang punya tips agar blog tetap terisi meski saya sedang berhenti menulis. Coba baca di sini tipsnya.

Mungkin bukan saya saja yang mengalami hal seperti ini. Anda pun tentu juga pernah, termasuk mereka yang profesional sekalipun. Sebenarnya tidak ada yang bisa mempengaruhi ketika seseorang sudah mengerjakan sesuatu dengan passion. Tapi kemarin, saya benar-benar harus menyerah. Ini karena sakit diare. Sudah sembuh, datang lagi penyakit lain yang menyerang.

Ketika malas menulis menghinggapi, asal tidak sakit, biasanya saya berusaha mengoptimalkan dengan kopi sebagai asupan konsentrasi yang hilang. Tapi bila itu gagal, saya mencobanya keluar dari rumah. Bisa jalan-jalan ke mal atau bersepeda sebentar.

Baru-baru ini saya juga menemukan asupan vitamin yang dapat memberi semangat menulis. Tapi saya berusaha menahannya untuk tidak mengkonsumsi bila memang tidak begitu butuh.

Menulis sependek ini sebenarnya mudah kalau dalam keadaan normal. Tapi kalau memang butuh istirahat, ya sudah jangan dipaksakan. Kadang kita memang harus berhenti untuk sesuatu yang tak bisa kita paksa.

...

Berhenti menulis bukan berarti lebih nyaman atau tenang. Ide-ide yang menari di otak saya perlu dikeluarkan karna dari waktu ke waktu ada saja yang ingin ditulis. Kalau dikumpulin terus, jadinya tambah malas. Memang setelah menulis cuma perasaan lega yang di dapat, tapi itulah nikmatnya.

Bila Anda mengalami hal yang sama, coba terus dilawan. Akali dengan perubahan suasana hati seperti tempat dan minuman, atau juga makanan. Semua itu dapat membantu pastinya. 

Kalau semua itu tidak bisa, yasudah. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun

I Will Never Let You Go, Drama China Kolosal Tentang Putri Pengemis dan Pangeran Bertopeng