Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Religius dan Tentang Menjaga Komitmen


[Artikel 9#, kategori Amir] Menjaga komitmen itu tidak mudah. Harus pantang menyerah dan selalu berkaca. Kalau semua yang kita lakukan itu benar, saya yakin, rasa hormat, bangga, dan berbagi terlihat lebih mudah. 

Apa kabar si Amir? Pria yang masih terus menjaga komitmen buat dirinya sendiri. Akhir-akhir ini, ia lebih terlihat religius. Solat 5 waktu, mengaji dan bahkan puasa Senin dan Kamis. Wah, saya benar-benar tersinggung sebagai muslim yang masih banyak kekurangan bila berada didekatnya.

Biarlah, saya turut senang dengan perubahan yang terjadi saat ini. Dan saya juga harus berterima kasih kepada mereka yang mengangkat isu Gubernur Jakarta menjadi viral. Dampaknya benar-benar bisa saya rasakan saat ini. Ada orang baik yang bisa lebih baik lagi karena menemukan takdirnya yang ia cari selama ini.

Disatu sisi, saya senang dengan perubahan sikap yang terjadi. Namun disatu sisi lain, perubahan itu adalah tantangan untuk dia menjawab komitmennya yang telah ia mulai. Apakah bisa terus pergi ke masjid saat subuh, apakah ia tidak lupa dengan panggilan suara Azan saat tubuhnya merasa lelah.

Bagi saya, ia masih selalu kesulitan menjaga komitmen. Yang akhirnya sikap inkonsisten terus yang diperlihatkan dan dapat berdampak buruk dalam kehidupan sehari-hari.

Bila ia bisa melewati dan bersabar dengan waktu, saya yakin ia akan menjadi pribadi yang luar biasa. Dari ibadah, ia bisa belajar berkomitmen pada dirinya sendiri. 

...

Saat seseorang ingin menjadi lebih baik, itu perlu didukung. Namun saat seseorang sudah berusaha tapi gagal, terkadang kita merasa sudah lelah dengan apa yang kita katakan sebagai penyemangat.

Memang diri sendiri yang bisa mengubah, dan tidak ada orang lain yang dapat mengubah. Inilah pentingya menjaga komitmen bagi diri sendiri. Berani yakin, berani bertindak, berani mendengarkan isi hati dan berani mengkesampingkan berbagai kepentingan.

Menjadi orang baik itu masih sulit menurut saya. Semoga kamu bisa!

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh