Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Gagalnya Kesan Pertama



Harapan itu tak sesuai rencana pada saat sebelum bertemu dengannya. Sudah rela berkorban waktu dan keluar dari zona nyaman nyatanya saya gagal membangun kesan pertama yang luar biasa. Imbasnya, saya mulai berhenti percaya dengan kemampuan saya. Satu lagi kisah sebuah hubungan yang saya coba bangun untuk melihat dimana saya berada nantinya.

Kerlap-kerlip cahaya indah malam itu ditengah bangunan megah dan hiruk pikuknya manusia lalu lalang saya mencoba mencairkan suasana dengan seseorang. Ini adalah kali pertama saya bertemu dengannya. Wanita manis yang berkarakter dan punya cukup mental untuk didekati.

Wedang ronde adalah menu makanan yang tak sengaja menjadi kisah kami berdua. Saya memilih yang hangat karena wedang selalu memberi rasa berbeda saat menyantapnya. Sedangkan dia, memilih wedang yang dingin dengan es batu sebagai pelengkapnya. Saya kira itu tidak masalah. Mengingat Wedang disini menyediakannya.

Beberapa menit kemudian, dua orang wanita datang yang ternyata teman si dia. Saya beranggapan ini tidak masalah karena mungkin sang teman tak sengaja bertemu di tempat yang sama.

Sama seperti pria-pria pada umumnya, saya mencoba lebih longgar terhadap perubahan yang sebelumnya berdua sekarang menjadi berempat. Ia saya biarkan bersama teman-temannya. Sedangkan saya mencoba menikmati suasananya.

Saya berharap ini adalah kencan yang spesial ternyata tujuan yang pertama coba kita datangi tak memberi peluang untuk bisa kami jangkau (macet total). Dan tempat inilah yang menjadi bagian cerita indahnya.

Gerimis menutup perjumpaan saya dan temannya si dia. Dia masih suka tersenyum saat saya mengantarkannya kembali ke rumah. Sesekali terdiam lama sambil melihat situasi. Saya salah, ia bukan tipe agresif.

Saya masih benar-benar sopan untuk mengantarkannya pulang dibawah jam 11 malam. Ini adalah awal dan saya pikir memberi kesan yang baik itu adalah hal baik yang bisa saya lakukan.

...

Setelah pertemuan hari itu, hari-hari yang saya habiskan untuk berkomunikasi lewat pesan singkat ternyata sudah mulai berubah. Pesan yang biasanya dibalas lebih cepat dibiarkan lebih lama. Sedikit frustasi untuk mencoba mengatakan bahwa saya sedang mencoba.

Diumur sekarang saya tak mungkin berganti-ganti dan melihat peluang sebelum tahun depan. Ternyata saya benar-benar kehilangan kemampuan dan tak menyadari bagaimana gagalnya kesan pertama berimbas hari-hari berikutnya kurang menyenangkan.

Mungkin saya akan menghabiskan malam minggu kembali dengan di rumah dan layar tv besar (nonton sepakbola) serta cemilan kue Bandung rasa cokelat plus butiran kacang yang menggigit.

Lama tak berkencan sekali berkencan tak ada yang berkesan. Umur yang tergerus ini sepertinya menjadi beban tersendiri yang sudah tidak kreatif lagi memanjakan kaum hawa yang selalu melihat pria bak pangeran.

Semoga ada kisah lanjutan, bila tidak berarti tidak ada lagi cerita di blog ini.

Pria seksi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh