Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Kapan Kamu Ngejar Aku?

Gambar ilustrasi : Google


Dengan usia yang dianggap rawan, saya hanyalah pria yang mencoba berpikir realistis. Ini tahun 2015, masa kamu yang harus dikejar-kejar mulu. Seperti FTV saja yang dimana perhatian dan pengorbanan adalah harga mati untuk mendapatkanmu. Kalau dibalik bagaimana?

Postingan kali ini, saya menempatkan diri saya ke dalam sudut pandang pria 29 tahun. Bukan pria seksi yang biasanya saya tulis juga di blog pribadi ini. Yah, beberapa waktu belakangan saya sedang dirundung masalah soal pembawaan saya tentang hubungan asmara.

Menjadi pria dengan usia 29 tahun benar-benar menjadi sebuah tantangan baru bagi saya. Saya tidak melihat lagi bagaimana cara mendapatkan seorang wanita harus intens, menggombal, menghujani dengan kata-kata romantis di pagi hari atau menunggunya setelah beraktivitas.

Kebalikannya, saya akan langsung meninggalkan wanita yang cuek bebek dan mengharap perhatian dari pria seperti saya. Saya tidak muda lagi untuk merajuk ketika dicuekin atau mengejar-ngejar ketika tak ada kabar.

Lebih baik saya memfokuskan diri. Dotsemarang yang kini sendiri, sisa 1 tahun lagi untuk menjadi pria berusia 30 tahun, berpikir bagaimana biaya nikah, punya rumah, tetap berhubungan baik dengan keluarga dan fokus pada visi hidup. Semuanya tidak mudah lagi sekarang.

Disatu sisi saya terlihat lebih kuat, mandiri dan punya segalanya. Padahal membangun diri sendiri dari sesuatu yang kecil menjadi besar kemudian menjadi kecil lagi. Sendiri, ramai-ramai dan kemudian sendiri lagi, itu benar-benar tidak mudah. Saya berharap ada kamu disebelah.

Mendengarkan saya mengeluh ketimbang hanya membaca blog pribadi ini yang hanya mampu terdengar saya begitu lusuh dan tak berguna. Saya butuh wanita yang kuat dan mengingatkan tapi tidak juga memiliki pasangan lain diantara kita. Saya memang orangnya tidak suka mencampuri urusan hubungan orang lain.

Kapan kamu ngejar aku adalah judul yang terinspirasi dari kedekatan saya dengan beberapa wanita yang pada akhirnya saya tinggalin juga. Bahkan kalau bisa saya tidak ingin mengenal mereka. Perlakuan istimewa seolah yang saya lakukan hanya seperti pria pada umumnya.

Memang kita butuh waktu untuk saling mengenal satu sama lain. Tapi jangan juga membuat saya merasa geer dan pada akhirnya saya berharap pada sesuatu yang tak pernah memberi harapan.

Saya hanya pria yang tinggal 1 tahun untuk mencari arti hidup berpasangan dan memberi kebahagiaan kepada kalian. Bila saya cuek, anggap saja saya berharap kamu mengejar saya. Aneh? Maklum saja, bukan saya yang kolot tapi kamu yang hidup di tahun 2015 masih beranggapan kolot.

Ayolah, pahami sedikit bahwa sekuat apapun pria, mereka butuh seorang wanita yang kuat. Siapa pun kamu, secantik apapun, cobalah melihat dimensi lain tentang pria yang berusia 29 tahun ini.

Cinta itu indah, mengapa harus dicintai bila kamu bisa mencintai

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh