Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Perbedaan Ayam Penyet di Semarang dan Samarinda?


Yang saya suka dari kuliner 'Ayam Penyet' adalah ayamnya itu dipenyet. Ya, dipenyet, semacam ditekan-tekan sehingga bentuknya seperti rusak (tidak utuh). Plus sambel khusus yang menggiurkan. Kenyataannya yang saya temui di Semarang ternyata berbeda. Hmm...

Dari dulu ada pertanyaan pada diri sendiri, mungkin kalau ada yang mengerti pas makan pasti saya tanya, mengapa makan ayam penyet di beberapa tempat di Semarang tidak seperti yang saya bayangkan.

Ayamnya tetap utuh digoreng, ditambah sayur dan sambel plus tempe. Dimana penyetnya bila yang saya pesan sebelumnya ditulis ayam penyet. Apakah harus bilang secara khusus pada karyawan rumah makan untuk dipenyet-penyet ayamnya?

Ayam penyet Samarinda

Berbeda dengan ayam penyet yang ada di Samarinda, mungkin inspirasinya dari sini. Setiap makan kuliner ini di sini, saya mendapatkan menu apa yang saya mau. Ayamnya dipenyet-penyet.

Rasanya sangat berbeda dengan ayam goreng biasa. Terutama bumbu khususnya yang melumuri ayam penyetnya. Plus lalapan penambah semangat.

Ada beberapa tempat yang saya tahu untuk menikmati kuliner ini. Entah, apakah sekarang masih di sana atau pindah. Yang jelas, ayam penyet di Semarang berbeda dengan di Samarinda.

...

Indonesia memang memiliki ragam kuliner yang menarik. Meski namanya sama, kadang cara penyajiannya berbeda. Andai di Semarang ada menu ayam penyet yang saya bayangkan tersebut, pasti nikmati sekali dimakan saat siang hari.

Sampai sekarang, saya belum nemu tempat yang saya inginkan tersebut. Kurang mengeksplore, sih. Ada yang mau kasih tahu?

Gambar ilustrasi : Tempat kuliner di Semarang

Artikel terkait kuliner:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh