Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Kehilangan Sepatu di Rumah Sakit, Hati-hati Buat Pengunjung Lainnya



Menyenangkan blonek (mirip backpaker) di kota sendiri - Samarinda. Membawa tas, botol minuman (tumbler), topi, celana pendek, jalan kaki kemana-mana dan tentu pakai sepatu. Tapi mulai besok, semua itu akan sia-sia. Saya kehilangan sepatu saat di rumah sakit. Aneh sih mengingat ini bukan masjid yang biasanya pulang merayap ada yang lenyap. Entahlah, mungkin ini nasib saya.


Akhirnya tanggal 15 Oktober 2015, ibu saya sudah dipindahkan dari ruangan ICU ke ruangan rawat pasien yang lebih baik (bisa dijenguk dengan bebas). Ruangan itu lumayan jauh juga. Namanya ruang Angsoka.

Setelah memberesin semua barang-barang buat dipindah, tak berapa lama, adik saya menanyakan sepatu saya. Spontan saya menyebut kalau sepatu ya di depan pintu masuk.

"Nggak ada", katanya.

Tidak percaya, lalu saya menuju dimana sepatu saya berada. Wuih, hilang tak berbekas meski beberapa sendal masih banyak disekitar. Akhirnya kekhawatiran dengan kondisi yang terjadi terjawab saat bertanya ke beberapa orang yang melintas termasuk petugas.

"wah ini kan ada pengumumannya kalau alas kaki dibawa", kata ibu petugas.

Dubrak!

Ternyata cerita kehilangan itu sering terjadi di sini meski penjagaan sekuriti selalu hadir pada jam-jam tertentu. Bukan sepatu saya saja yang jadi korban, sendal adik saya pun ikut raib. Pertanda apakah ini?

Cerita kehilangan sepatu saya dan sendal adik saya yang tak kurang dari 1 jam saya berada di ruangan baru rupanya bukan kami saja yang mendapatkannya. Beberapa keluarga pasien juga sering mengalami dan bahkan yang menjenguk baru beberapa menit.


Ini semacam fenomena baru bagi saya yang biasanya hanya mendengar sepatu atau sendal hilang di Masjid, kini terjadi juga di rumah sakit. Sungguh ironi memang. Pencuri tersebut tahu mana barang yang bagus dan menarik.

...

sedih juga rasanya. Apalagi sepatu yang saya pakai masih sepatu pinjaman dan sering dipake buat olahraga. Apalagi saya mulai suka memakainya yang buat nyaman saat jalan-jalan seperti ngeblonek.

Saya tidak akan menuntut apa pun, lawong yang lain juga mengalami hal yang sama dan sering terjadi. Ya, saya berharap orang yang melakukan hal tersebut dapat karmanya saja. semoga jadi orang baik, doa saya.

Soal di mana terjadi, saya tak perlu menyebutkan apa-apa di sini. Saatnya belajar dari masalah baru yang terjadi bahwa adanya pengumuman yang dipajang setidaknya jangan diabaikan. Baca dengan seksama dan tanya bila belum mengerti. Lindungi barang berharga saat berada di rumah sakit. Karena kita tidak tahu dengan apa yang terjadi selanjutnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh