Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Susahnya Cari Majalah Marketing di Samarinda



Yang saya suka dari majalah Marketing adalah pembahasannya tentang dunia online yang sangat berhubungan dengan pekerjaan saya saat ini, blogger. Meski begitu, saya juga pilih-pilih tema yang menarik. Saya harus akui bahwa saya juga bukan tipe pelanggan setia bila melihat cover majalah marketing kurang menarik. Samarinda, hei beli di mana?


Beberapa majalah yang sering saya beli adalah Marketing, Swa, dan Mix. Sedangkan majalah Marketeers yang pada awalnya memikat kini tak pernah saya beli lagi. Alasannya sederhana, covernya menarik tapi tak bisa diintip isinya lewat halaman depannya. Terlalu bagus untuk dibeli tapi tak memberi porsi pembaca untuk mengambilnya saat pertama kali melihat cover.

Kurang maksimal

Maklum saja, saya kurang lama tinggal di Samarinda untuk paham dimana tempat membeli majalah-majalah yang saya inginkan. Di Semarang, toko buku selalu jadi rekomendasi. Di sini, toko buku Gramedia pun sepertinya jarang-jarang juga. Apakah kekurangan minat terhadap majalah marketing?

Alternatif lain selain toko buku adalah outlet kecil penjual koran dan majalah. Hanya 5 sih yang saya datangi meski sebenarnya di Samarinda sangat banyak outletnya. Sepertinya saya kurang maksimal mencari apa yang ingin saya cari. Masih butuh waktu untuk menyesuaikan.

Kenapa nggak beli via online?

Saya adalah generasi yang hidup di jaman serba online. Tapi entahlah untuk urusan belanja seperti ini saya belum menyadari. Selain malas, proses yang ribet, koneksi Internet di Samarinda juga masih belum konsisten. Pindah dikit saja, jaringan langsung berubah.

Kendala terakhir adalah pembayaran yang membuat saya masih bertekut lutut ketika ditanya beli via pembayaran bank semacam kredit card atau debit? Saldo tidak pernah cukup untuk membeli seperti ini (hihi).

...

Lagi-lagi saya merasa kalah dengan kondisi yang ada. Saya sebenarnya sudah berusaha, tapi tetap saja tidak ada yang didapat. Saat mengunjungi toko buku, alasan logisnya saat saya tanya kenapa tidak ada majalah yang saya cari adalah karena tidak satu grup dengan toko buku. Jadi distribusinya kurang maksimal. *Duh

Majalah-majalah marketing memang bagi saya lebih menarik ketimbang majalah Komputer pada umumnya. Saya suka sekali cerita-cerita yang berhubungan dengan online marketing, perkembangan dunia IT dan tentu terlanjur suka dari dulu.

Andai saya lebih berusaha, pasti beda ceritanya..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh