Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Susahnya Cari Majalah Marketing di Samarinda



Yang saya suka dari majalah Marketing adalah pembahasannya tentang dunia online yang sangat berhubungan dengan pekerjaan saya saat ini, blogger. Meski begitu, saya juga pilih-pilih tema yang menarik. Saya harus akui bahwa saya juga bukan tipe pelanggan setia bila melihat cover majalah marketing kurang menarik. Samarinda, hei beli di mana?


Beberapa majalah yang sering saya beli adalah Marketing, Swa, dan Mix. Sedangkan majalah Marketeers yang pada awalnya memikat kini tak pernah saya beli lagi. Alasannya sederhana, covernya menarik tapi tak bisa diintip isinya lewat halaman depannya. Terlalu bagus untuk dibeli tapi tak memberi porsi pembaca untuk mengambilnya saat pertama kali melihat cover.

Kurang maksimal

Maklum saja, saya kurang lama tinggal di Samarinda untuk paham dimana tempat membeli majalah-majalah yang saya inginkan. Di Semarang, toko buku selalu jadi rekomendasi. Di sini, toko buku Gramedia pun sepertinya jarang-jarang juga. Apakah kekurangan minat terhadap majalah marketing?

Alternatif lain selain toko buku adalah outlet kecil penjual koran dan majalah. Hanya 5 sih yang saya datangi meski sebenarnya di Samarinda sangat banyak outletnya. Sepertinya saya kurang maksimal mencari apa yang ingin saya cari. Masih butuh waktu untuk menyesuaikan.

Kenapa nggak beli via online?

Saya adalah generasi yang hidup di jaman serba online. Tapi entahlah untuk urusan belanja seperti ini saya belum menyadari. Selain malas, proses yang ribet, koneksi Internet di Samarinda juga masih belum konsisten. Pindah dikit saja, jaringan langsung berubah.

Kendala terakhir adalah pembayaran yang membuat saya masih bertekut lutut ketika ditanya beli via pembayaran bank semacam kredit card atau debit? Saldo tidak pernah cukup untuk membeli seperti ini (hihi).

...

Lagi-lagi saya merasa kalah dengan kondisi yang ada. Saya sebenarnya sudah berusaha, tapi tetap saja tidak ada yang didapat. Saat mengunjungi toko buku, alasan logisnya saat saya tanya kenapa tidak ada majalah yang saya cari adalah karena tidak satu grup dengan toko buku. Jadi distribusinya kurang maksimal. *Duh

Majalah-majalah marketing memang bagi saya lebih menarik ketimbang majalah Komputer pada umumnya. Saya suka sekali cerita-cerita yang berhubungan dengan online marketing, perkembangan dunia IT dan tentu terlanjur suka dari dulu.

Andai saya lebih berusaha, pasti beda ceritanya..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun